Cuaca Buruk
Mengenal Siklon Tropis Seroja yang Tewaskan Puluhan Orang di NTT, Pusarannya Capai 85 Km Per Jam
Cuaca ekstrem melanda sejumlah kabupaten dan kota di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4/2021) kemarin.
Untuk badai tropis baru BMKG sebelumnya menyematkan nama Lili, Mangga, Seroja, dan Teratai. BMKG telah membuat daftar penamaan badai itu secara alfabetis hingga akhir huruf bila ditemukan jenis bibit siklon tropis baru.
Setelah daftar nama bunga nanti, disiapkan daftar nama buah-buahan, mulai dari Anggur, Belimbing, Duku, Jambu, Lengkeng, Melati, Nangka, Pisang, Rambutan, dan Sawo.
Tidak menyeramkan dan mudah diingat
BMKG beralasan bahwa penamaan itu agar badai tidak terkesan menyeramkan.
Selain itu, masyarakat diharapkan akan mudah untuk mengingat karena istilah yang digunakan adalah kata-kata yang lazim di masyarakat Indonesia.
Tak hanya itu, penamaan istilah pada badai tropis juga bertujuan untuk meningkatkan kesiap siagaan masyarakat apabila di kemudian hari terjadi badai tropis baru.
Bibit siklon tropis
Berdasarkan analisis terbaru 4 April 2021 jam 19.00 WIB kemarin, kemunculan bibit siklon tropis 99S berada di posisi Perairan Kep. Rote, Nusa Tenggara Timur, 10.3LS, 123.5BT (sekitar 24 km sebelah barat daya Kupang).
Arah pergerakan bibit siklon itu menuju Timur hingga timur laut dengan kecepatan 3 knots (6 km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya adalah 30 knots (55 km/jam) dengan tekanan di pusat sistemnya mencapai 996 hPa.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyampaikan hal serupa terkait fenomena badai seroja di NTT.
Menurut dia, prediksi atas terjadinya siklon tropis itu dikeluarkan Tropical Cyclone Warning Center Jakarta di BMKG. Dikhawatirkan dampak dari siklon tropis itu akan semakin menguat.
Atas dasar potensi dari dampak siklon Seroja itu, Dwikorita meminta seluruh pemangku kepentingan memerhatikan keselamatan warga, terutama di pulau-pulau NTT.
"Pusaran anginnya mencapai 85 kilometer per jam agar benar-benar diwaspadai agar masyarakat dapat terlindungi, teramankan," jelas Dwikorita.
Hingga saat ini, dampak cuaca ekstrem ini telah merusak sejumlah fasilitas umum seperti jalan lintas kabupaten, bendungan, hingga memutus jembatan antar desa.
Bandara di sejumlah kawasan pulau Flores dan Timor juga masih ada yang ditutup semenentara.(*)