Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Arbi Sanit Meninggal

Arbi Sanit Rekomendasikan Jokowi Gandeng JK Bukan Mahfud MD atau Abraham Lawan Prabowo - Hatta 2014

Bukan Mahfud MD dan Abraham Samad yang sedang populer sebagai Ketua KPK, Arbi Sanit justeru merekomendasikan Jokowi gandeng JK lawan Prabowo-Hatta

Editor: Mansur AM
KOMPAS.COM/TOTOK W
Pengamat politik Arbi Sanit meninggal dunia Kamis (25/3/2021) hari ini 

TRIBUN-TIMUR.COM - Telah berpulang dengan tenang pengamat politik Tanah Air, Arbi Sanit, Kamis (25/3/2021).

Indonesia kehilangan salah satu akademisinya yang cemerlang.

Sosok Arbi Sanit dikenal sebagai akademisi dan pengamat politik jempolan Tanah Air.

Mengutip Wikipedia, Arbi Sanit lahir di Painan, Sumatera Barat pada 4 juni 1939.

Kabar duka Arbi Sanit meninggal disampaikan Dosen FISIP Universitas Indonesia (UI) Nur Iman Subono.

"Bapak dan Ibu sekalian baru dapat kabar Pak Arbi Sanit meninggal dunia. Semoga almarhum mendapat tempat yang layak disisiNya. Diampuni dosa-dosanya dan diterima amalannya. Keluarga yang ditinggalkan sabar, ikhlas dan tawakal menerimanya. amin," ujar Nur Iman Subono dalam pesan instan kepada wartawan, Kamis (25/3/2021).

Sebelum meninggal, Arbi didiagnosa gagal jantung akut, ada cairan di paru. Sebelum wafat, Arbi Sanit sempat dibawa ke ICCU RSCM pada Rabu (24/3/2021) dan dipasang ventilator pukul 22.00 WIB.

Demikian dilansir dari Tribunnews.com dengan judul BREAKING NEWS: Pengamat Politik Arbi Sanit Meninggal Dunia

Jejak kariernya pernah menjadi dosen ilmu politik di Universitas Indonesia dan Universitas Prof Dr Hamka

Gelar sarjananya dari Fisip UI diraih pada 1969.

Judul skripsi membahas Partai Komunis Indonesia: Sumber Kekuatan Politik di Pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur 1952-1965.

Kemudia pendidikan dilanjutkan di Program Non-Gelar Sistem Politik Indonesia di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat (1973-1974).

Beragam karya tulis, pernah dibuatnya seperti Sistem Politik Indonesia (1981), Perwakilan Politik di Indonesia (1985), Partai, Pemilu, dan Demokrasi (1997).

Pilpres 2014, Arbi Sanit merekomendasikan Jokowi menggandeng Jusuf Kalla untuk menangkal pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa saat itu.

Sosok Arbi Sanit meninggal dunia
Sosok Arbi Sanit meninggal dunia (tangkapan layar Google)

Selain Jusuf Kalla, Jokowi dan parpol pengusung dihadapkan pada dua pilihan lain lagi; Mahfud MD dan Abraham Samad.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengatakan bahwa popularitas bakal capres dari PDI Perjuangan, Joko Widodo atau Jokowi, masih jauh lebih unggul dibandingkan bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Ia menilai, Jokowi akan sulit dilawan jika ia berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden.

"Jika Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), maka Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dipastikan akan kalah," kata Arbi sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Senin (12/5/2014).

Menurut Arbi, duet Jokowi-JK jauh lebih unggul dibandingkan bila Jokowi berpasangan dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad atau mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD.

Ia menilai, JK memiliki pengetahuan yang luas di bidang ekonomi, pemerintahan, kepemimpinan, dan hubungan luar negeri.

"JK itu mengerti persoalan Timur Tengah," ujarnya

Sementara itu, Abraham dan Mahfud, kata Arbi, lebih banyak menguasai bidang hukum.

Padahal, posisi wapres mencakup semua masalah pemerintahan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Oleh karena itu, Arbi berpendapat, pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan ideal dan berkualitas.

Menurut dia, daya tarik pasangan Prabowo-Hatta masih kurang kuat bila langsung berhadapan dengan Jokowi pada Pemilu Presiden 2014.

Ia menilai, Prabowo-Hatta hanya menguasai bidang ekonomi, sementara penguasaan untuk bidang lain masih diragukan.

Secara popularitas, keduanya juga kalah dibandingkan dengan Jokowi-JK. Arbi mengingatkan, Jokowi bisa saja kalah jika berpasangan dengan Abraham atau Mahfud.

Kedua tokoh itu tidak memiliki popularitas yang tinggi bila dibandingkan dengan JK.

Terlebih lagi, kekalahan itu bisa saja terjadi bila Prabowo tiba-tiba berpasangan dengan tokoh populer lain, misalnya Dahlan Iskan.

Peta politik akan semakin menggeliat jika Partai Demokrat membentuk poros baru dan mencalonkan salah seorang dari peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Jika demikian, kata Arbi, maka perolehan suara akan terbagi, dan jalan menuju kursi RI-1 akan semakin sulit.(*)

Berita lain tentang Arbi Sanit meninggal

Berita lain tentang Jokowi

Berita lain tentang Jusuf Kalla

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved