Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Siberkreasi Dukung Gerakan Generasi Melek Etika Media Sosial Lewat Webinar

Tema yang dibahas dalam acara siberkreasi Hangout Online ialah 'Gimana Sih Cara Review Produk yang Benar?'. Menjadi tema acara.

Penulis: Abdul Azis | Editor: Sudirman
Ist
Tiga narasumber saat menyimak pertanyaan peserta diskusi, Kamis (18/3/2021) lalu. Acara ini bertema Siberkreasi Hangout Online: Gimana Sih Cara Review Produk yang Benar? 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Siberkreasi menggelar diskusi via zoom meeting, Kamis (18/3/2021) lalu.

Tema yang dibahas dalam acara siberkreasi Hangout Online ialah 'Gimana Sih Cara Review Produk yang Benar?'. Menjadi tema acara.

Narasumber dalam acara tersebut ialah public relation dari Sociolla, Mira Monika.

Kemudian Kepala Biro Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi, Divisi Humas Mabes Polri Moh Hendra Suhartiyono.

Lalu Flovivi, Content Creator, Beauty Content Creator sekaligus Co-Founder dari Beauty Blogger Indonesia.

Diskusi dipandu dua anggota Siberkreasi.

Mereka, Annisa Virdiana Sari dan Larry Nullanov.

Fenomena video review produk brand lokal yang viral akhir Januari 2021 lalu menjadi pembuka pembahasan.

Di mana, seorang Youtuber ditegur dari salah satu karyawan dari brand tersebut.

Kejadian itu menjadi perbincangan hangat di berbagai kanal sosial media, sekaligus membangun animo masyarakat untuk mencari tahu cara penggunaan media sosial sesuai etika.

Sehingga, dapat dimanfaatkan sebagai sarana membangun baik personal maupun corporate branding dengan baik dan benar.

Dalam diskusi, Mira Monika percaya bahwa review salah satu faktor penting untuk mempengaruhi daya tarik konsumen agar membeli produk.

Semangat membangun kredibilitas Sociolla, kata Mira turut menjelaskan visi dan misi dalam membangun ekosistem dunia kecantikan yang holistik.

Hal ini bertujuan mempermudah perjalanan setiap konsumen dalam mengakses produk kecantikan maupun perawatan diri. 

"Saat me-review produk adalah be honest. Cuma balik lagi, ada caranya saat kita mengkomunikasikan harus dalam perspektif yang kaya. Jadi bisa kita berbicara dari sisi subjektif kita, tapi harus dijelaskan situasional dan problem kita," kata Mira via rilis, Minggu (21/3/2021).

Saat produk gak cocok lanjut Mira, itu bukan berarti produk itu jelek. Bisa jadi ini cocok buat orang-orang dengan karakteristik kulit atau problem tertentu.

"Jadi, menurut saya yang terpenting perspektifnya harus lengkap, meskipun mengkomunikasikannya dari sudut pandang subjektif saat kamu experience dalam mencoba produk tersebut," katanya menambahkan. 

Sementara Hendra Suhartiyono menjelaskan pentingnya wawasan tentang pengertian dari review produk itu sendiri, karena jika tidak melihat batasan, konsumen bisa terjerat UU ITE.

Fakta yang terjadi di lapangan, kata Hendra membuktikan sebenarnya perusahaan banyak diuntungkan karena review negatif di lapangan tergolong jarang.

Menurutnya, penting berkata jujur saat me-review produk karena harus sesuai fakta, memiliki bukti, dan bertanggung jawab akan pengalaman pribadi setiap konsumen.

Guna menciptakan dunia maya yang bersih dan bertanggung jawab lanjut Hendra, Polri juga sedang menggalakkan virtual police yang selain mengedukasi masyarakat, juga bertujuan mengakomodir, menginventarisir konten mana mempunyai unsur-unsur pidana atau tidak, akan didiskusikan pada para ahli untuk melalui proses restoratif.

"Sesuai dengan Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan Kknsumen itu ada istilahnya hak konsumen. Jadi, hak konsumen adalah mereka silakan, bebas aja mengutarakan apa yang mereka alami, secara pribadi mereka sendiri dengan jujur. Kembali ke diri kita sendiri, harus jujur," kata Hendra.

Sedangkan Flovivi mengaku bertanggung jawab atas transparansi setiap review yang ia buat.

Menurut Flovivi, penting bagi seorang content creator untuk dapat memberikan testimonial dengan jujur dari perspektif subjektif dengan bahasa yang diperhalus.

Guna membangun kredibilitas dan kepercayaan dari audiens yang patut mengetahui baik kekurangan maupun kelebihan dengan transparan.

Selain itu, kata Flovivi, kemampuan untuk memfilter produk yang ia terima saat dipilih menjadi Brand Ambassador juga harus tetap dijaga dengan cara mengecek sertifikasi BPOM, produk yang harus jelas dan dilengkapi dengan riset.

"Tujuan utama kita harus memiliki personal branding adalah untuk memperkenalkan keunikan diri sendiri dan juga menjaga diri sendiri untuk tidak berkata yang buruk-buruk, karena jejak digital selalu ada," katanya.

Ketiga narasumber setuju bahwa kejujuran dalam me-review produk jadi salah satu faktor terpenting dalam menjaga citra baik untuk personal branding maupun corporate branding.

Ditekankan juga bahwa adanya jejak digital mengharuskan para pengguna untuk terus memberikan yang terbaik dalam me-review atau menulis sesuatu dalam dunia digital. 

Pada akhirnya, ketiga narasumber percaya bahwa setiap orang yang hidup dalam era digital harus cakap dalam etika menggunakan sosial media yang baik dan benar, sesuai dengan Undang-undang yang ada.

Terdapat tiga faktor utama mewujudkan dunia maya yang lebih sehat dan bersih yaitu kejujuran, bukti konkrit, dan pertanggungjawaban yang patut dilakukan setiap pengguna sosial media.

Webinar dilanjutkan sesi tanyajawab hingga selesai acara. Untuk mendapat informasi seputar webinar, selengkapnya dapat disimak di YouTube Siberkreasi pada tautan https://youtu.be/ee2GEDGePls 

Informasi mengenai webinar edukatif seputar generasi digital Siberkreasi berikutnya via Instagram @siberkreasi.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved