Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Luwu Timur

Polsek Bonebone Usut Kematian Rifaldi yang Disiksa Senior KPA Sangkar Luwu Timur

Polsek Bonebone sudah menginterogasi dua orang panitia diklat KPA Sangkar Luwu Timur.

Penulis: Ivan Ismar | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TIMUR/IVAN ISMAR
Muh Rifaldi (18) semasa hidup 

TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Polsek Bonebone, Luwu Utara, menyelidiki kasus meninggalnya Muh Rifaldi (18), peserta diklat Kelompok Pecinta Alam (KPA) Sanggar Kreatif Anak Rimba (Sangkar) Luwu Timur.

Diutarakan AKP Harold Kaloari saat dikonfirmasi TribunLutim.com, Minggu (14/3/2021).

Harold mengatakan pihaknya sudah membuat laporan polisi terkait kasus ini. Kemudian meminta visum di puskesmas dan mengumpulkan keterangan pihak pelaksana diklat.

"Kami masih dalam tahap penyelidikan. Belum ada yang kami tahan," kata AKP Harold.

Sejauh ini, Polsek Bonebone sudah menginterogasi dua orang panitia diklat KPA Sangkar Luwu Timur.

"Tadi malam diinterogasi ada dua orang dulu yaitu penanggung jawab dan rekannya. Nanti perkembangannya kami sampaikan kembali," 

Muh Rifaldi (18) meninggal dunia dengan luka lebam di sekujur tubuh di Puskesmas Tanalili, Luwu Utara, Sabtu (13/3/2021).

Rifaldi meninggal dianiaya dan disiksa oleh seniornya yang menjadi panitia dalam diklat berlangsung di Batu Putih, Kecamatan Burau dari Selasa 9 Maret 2021 itu.

Salah seorang peserta diklat, Aditya menceritakan hari pertama diklat, mereka disuruh kumpul lalu dibacakan pencabutan Hak Asasi Manusia (HAM) lalu seluruh peserta dipukuli.

Pencabutan HAM ini, mengharuskan peserta diklat harus menerima tindakakan semenah-menah yang dilakukan senior kepada peserta, tanpa boleh melawan. 

Setelah itu, peserta disuruh mendaki dan saat tiba di camp 2, peserta kembali dipukuli oleh senior. Aditya mengatakan ia ikut karena informasinya untuk mendaki atau camping.

Ia tidak berfikir saat tiba dilokasi akan dipukuli atau disiksa. Ia mengaku dipukuli pada bagian muka, kaki, pantat dan lengkap juga dengan tendangan yang diterima.

Aditya dan rekannya takut bertanya atau melawan saat dipukul. "Karena kalau bertanya ki semakin dipukul ki. Pokoknya kami diam saja dipukul," kata Aditya, siswa SMPN 3 Wotu ini.

Ibu Aditya yang mendampingi anaknya saat diwawancarai itu, meminta anaknya jujur dan bicara apa adanya perihal apa yang dialami saat mengikuti diklat.

Aditya kemudian menceritakan hal menyedihkan yang diterima almarhum Rifaldi saat mengikuti diklat KPA Sangkar Luwu Timur ini, hingga akhirnya meninggal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved