Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Andi Sudirman Sulaiman

Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Muda Baru dengan Harapan Baru Setelah Nurdin Abdullah dan SYL

Dampak perebutan legacy ini, membuat setiap gubernur yang berkuasa, merasa enggan menyelesaikan bengkalai yang ditinggalkan pendahulunya. I

Editor: AS Kambie
kolase tribun timur
Andi Sudirman Sulaiman 
Yarifai Mappeaty, Alumni Universitas Hasanuddin
Yarifai Mappeaty, Alumni Universitas Hasanuddin (DOK)

Oleh : Yarifai Mappeaty
Pemerhati Sosial Politik Tinggal di Makassar

Tulisan Yarifai Mappeaty ini dimut di Rubrik Opini Tribun Timur dengan judul Gubernur Muda Baru dengan Harapan Baru, edisi Kamis, 4 Maret 2021. Dalam tulisan ini, Yarifai Mappeaty mencoba menganalisa singkat legacy Gubernur Sulsel sebelum Andi Sudirman Sulaiman, seperti Prof Ahmad Amiruddin, Zaenal Basri Palaguna, Amin Syam, Syahrul Yasin Limpo, dan Nurdin Abdullah.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari itu masih sangat pagi kala Sulawesi Selatan kembali dilanda heboh, lantaran tersebar berita, Gubernur Nurdin Abdullah ditangkap KPK di kediamannya, saat dini hari.

Dunia media sosial pun ramai tak terkira. Para pegiat medsos berlomba mensuplai informasi, tak ubahnya seperti burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan. 

Mengapa sampai terjadi? Ah, sudahlah! Saya tak hendak membahasnya.

Bahkan, sebaiknya, mari kita doakan agar Nurdin Abdullah dan keluarga diberi kekuatan di dalam menjalani hari-harinya.

Sebab Nurdin Abdullah dan kita, sama saja. Sebagai manusia biasa, niscaya selalu dibayangi keberuntungan dan kemalangan. 

Anggap saja bahwa setelah sekian lama bersama keberuntungan, hari itu, saatnya kemalangan datang menghampirinya. 

Dari pada buang-buang waktu “ngerumpi” tentang kemalangan, lebih baik kita bicara tentang keberuntungan, seperti yang menghampiri Andi Amran Sulaiman (ASS).

Setelah ditunjuk oleh Mendagri selaku Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sulsel, tiba-tiba terpikir olehku, bahwa jangan-jangan memang Sulawesi Selatan ini membutuhkan pemimpin darah muda, sehingga apa yang menimpa Nurdin Abdullah, terlepas dari hukum sebab-akibat, adalah sebuah keniscayaan sejarah. 

Bukan apa. Setelah  sekian lama Sulawesi Selatan dinakhodai oleh sosok-sosok di atas 50 tahun, relatif tidak pernah muncul terobosan penting dan strategis.

Kecuali Gubernur Prof Ahmad Amiruddin yang berhasil meletakkan arah dan sasaran pembangunan Sulawesi Selatan melalui “tri konsep” yang melegenda hingga kini, yaitu : pewilayahan komoditas, perubahan pola pikir, dan petik olah jual. 

Usai Gubernur Prof Ahmad Amiruddin, adalah giliran Gubernur Zaenal Basri Palaguna datang dengan mengusung konsep Gerakan Pengembangan Ekspor Dua kali lipat (Grateks 2).

Namun sayang, secara realitas, konsep Grates 2 hanya memberi prioritas pada komoditas tertentu, sehingga tri konsep  mulai ditinggalkan sampai tak berjejak. Semenjak itu, konsep pembangunan Sulawesi Selatan mulai tampak kehilangan arah. 

Setelah Palaguna dua periode, tiba giliran Gubernur Amin Syam.  Melalui konsep Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas), ia tampak berusaha mengembalikan arah pembangunan Sulawesi Selatan, seperti yang digagas Prof Ahmad Amiruddin, namun tak berhasil juga.

Bagi Amin Syam yang hanya satu periode, tentu tidak mudah, karena arah itu terlanjur melenceng selam 10 tahun. 

Tetapi yang lebih ironis adalah era pasca Amin Syam. Sepanjang era itu, kita tak pernah lagi mendengar konsep pembangunan Sulawesi Selatan disebut-sebut.

Mungkin hanya ada tertuang dalam dokumen RPJMD  sebagai referensi bagi eksekutif dan legislatif saat penyusunan RAPBD. Hanya tidak menjadi populer, karena relatif tak pernah dipercakapkan di ruang publik, khususnya di kampus-kampus sebagai bahan kajian akademis.

Dari pemaparan di atas, penulis bermaksud hendak menunjukkan adanya prilaku buruk kepemimpinan di Sulawesi Selatan yang berlangsung selama ini. Yaitu, ide, konsep, program dan realisasi pembangunan dari satu era kepemimpinan ke era berikutnya, nyaris tak ada kesinambungan.

Prilaku kepemimpinan buruk semacam ini, membuat tidak sedikit program pembangunan yang telah menghabiskan anggaran puluhan miliar, menjadi terbengkalai.

Contoh konkret yang dapat dilihat secara kasat mata adalah pembangunan Stadion Barombong dan Masjid 99 Kubah, peninggalan Gubernur Syahrul Yasin Limpo, faktanya  belum rampung dan terbengkalai.

Begitu pula pembangunan Gelanggang Olah Raga (GOR) Sudiang, peninggalan Gubernur Amin Syam, sama, juga belum rampung dan terbengkalai. 

Pertanyaannya, ada apa Gubernur Syahrul Yasin Limpo tidak berusaha merampungkan GOR Sudiang selama 10 tahun masa kepemimpinannya?

Dan, mengapa pula dengan Gubernur Nurdin Abdullah tidak tampak menunjukkan inisiatif untuk merampungkan pembangunan Stadion Barombong dan Masjid 99 Kubah?

Padahal publik selama ini, tidak kurang-kurang mendesaknya. Alasannya, samar terdengar kalau semua itu bermasalah sejak awal pembangunannya. 

Lantas, apakah karena itu sehingga asset  tesebut dibiarkan terbengkalai?

Alasannya sungguh sumir, sebab siapa yang mampu menyelesaikan kalau bukan pemerintah.

Kita semua paham bahwa salah satu tugas sebuah pemerintahan dengan segenap kekuasaan yang ada ditangannya, adalah menyelesaikan masalah?

Bukan justeru membiarkan bengkalai. 

Ada sinyalemen yang menyebut bahwa bengkalai pembangunan semacam itu terjadi karena perebutan legacy?

Misalnya, Syahrul Yasin Limpo merampungkan pembangunan GOR Sudiang, tetapi, legacy-nya tetap milik Amin Syam.

Stadion Barombong dan Masjid 99 Kubah diselesaikan oleh Nurdin Abdullah, namun legacy-nya milik Syahrul Yasin Limpo.

Dampak perebutan legacy ini, membuat setiap gubernur yang berkuasa, merasa enggan menyelesaikan bengkalai yang ditinggalkan pendahulunya. Inilah yang saya maksud prilaku buruk kepemimpinan yang harus segera diakhiri. 

Hanya saja, untuk memupus tradisi kepemimpinan buruk semacam itu, kita mengharapkan sosok pemimpin yang memiliki sifat tawaddhu alias rendah hati.

Dan, sebagai masyarakat Sulsel, penulis menaruh harapan besar pada sosok Andi Sudirman Sulaiman.

Sebab sosok ini relatif masih muda dan belum memiliki pamor tebal berkarat yang membuatnya jumawa dan tinggi hati. 

Akan tetapi, mengingat masa kepemimpinannya tinggal tersisa 2 tahun, membuat kita tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi.

Soalnya, tidak sedikit bengkalai yang ditinggalkan Nurdin Abdullah untuknya.

Sebut misalnya, proyek ambisius twin tower, Stadion Mattoanging, pembangunan rumah sakit regional, dan rest area.

Belum lagi bengkalai janji-janji kampanyenya bersama Nurdin Abdullah, sungguh semua itu bakal menguras pikiran dan tenaganya. 

Namun, ia akan  menjadi sosok luar biasa, jika dalam waktu yang terbatas itu, ia masih sempat menunjukkan inisiatifnya untuk menyelesaikan bengkalai Amin Syam dan Syahrul Yasin Limpo, maka, ia patut diacungi dua jempol sekaligus.

Setidaknya, inisiatif itu menjadi bukti kalau ia memiliki keinginan kuat memupus tradisi buruk kepemimpinan di Sulawesi Selatan.

Dan ini bakal menjadi sebuah legacy baginya yang perlu dicatat. 

Mampukah Andi Sudirman Sulaiman?

Tentu banyak yang meragukan, pasti. Sebab secara kuantitatif, semua maklum kalau Andi Sudirman Sulaiman memang masih minim pengalaman memimpin birokrasi, praktis baru 3 tahun.

Tetapi secara kualitatif, tiga tahun  penuh gejolak yang telah dijalaninya bersama Nurdin Abdullah,  membuat dirinya menjadi jauh lebih matang. 

Dan, jangan lupa pada begitu banyak contoh pemimpin muda yang pernah lahir dan berhasil mengukir sejarah. Pada abad pertengahan, misalnya, dunia kala itu tidak pernah membayangkan kalau negara sekuat Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh seorang anak muda yang baru 21 tahun, Al Fatih.

Begitu pula saat berhasil memimpin kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta, belum cukup 45 tahun.

Bahkan Sutan Syahrir kala itu, baru 36 tahun, 2 tahun lebih muda dari Andi Sudirman Sulaiman saat ini. Semoga semua itu dapat menjadi inspirasi baginya. Selamat datang Gubernur muda baru dengan harapan baru (ym).

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved