Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rubrik Opini Tribun Timur

Pembelajaran dari Gempa Sulawesi Barat dan Tohoku-Jepang, Gempa Sulbar 105 Meninggal, Gempa Tohoku 0

guncangan utama gempa Sulbar berkekuatan 6,2 SR. Guncangan gempa Tohoku tercatat berkekuatan 7,3

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Rifqi Tenribali Eshanasir, mahasiswa internasional di Ritsumeikan Asia Pacific University, Beppu, Jepang 

Insiden gempa Tohoku itu terjadi menjelang peringatan 10 tahun Gempa Besar Tohoku 2011, gempa berkekuatan 9,0 yang dianggap sebagai gempa terkuat yang pernah dialami Jepang.

Mengapa mitigasi bencana dan resiliensi Jepang lebih kuat?

Apakah ini hanya karena infrastruktur yang lebih baik?

Saya yakin kontribusi signifikan dari faktor pendidikan juga mendasari.

Tentunya upaya pemerintah Jepang untuk menjadikan negaranya kokoh secara infrastruktur terhadap bencana sangat mempengaruh mitigasi dan ketahanan terhadap bencana, namun upaya Jepang dalam pendidikan atau Literasi Kebencanaan juga tidak dapat diabaikan.

Salah satu fitur terpenting mitigasi bencana Jepang adalah bahwa baik aktor negara maupun sukarelawan berperan penting meningkatkan kesadaran dan Literasi Kebencanaan masyarakat bagaimana bertindak menghadapi bencana alam termasuk gempa bumi.

Dari sisi negara, semua tingkat pemerintahan Jepang, dari pusat hingga daerah/kota, memberikan pendidikan bencana dan rencana aksi bencana. Hal ini memungkinkan pengembangan rencana mitigasi bencana khusus kawasan yang memperhitungkan risiko dan geografi unik suatu wilayah. Misalnya, Badan Meteorologi Jepang memberikan lokakarya bagaimana menghadapi hujan lebat dan angin topan untuk komunitas yang sering terdampak.

Bahkan ada hari nasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran bencana seperti Hari Pencegahan Bencana bousai no hi setiap tanggal 1 September, serta Pekan Pencegahan Bencana atau bousaishuukan pada minggu setelah 30 Agustus.

Sekolah-sekolah di Jepang pun diwajibkan untuk melaksanakan rencana keselamatan sekolah dan merancang latihan rutin menghadapi berbagai jenis bahaya dan bencana.

Staf sekolah dan lembaga pendidikan lainnya juga dilatih dengan keterampilan pertolongan pertama dan konseling.

Upaya masyarakat dan relawan Jepang dalam menggalang pendidikan kebencanaan nasional juga signifikan.

Contohnya adalah jishu bousai soshiki atau organisasi pencegahan bencana independen.

Mereka adalah kelompok relawan yang bekerja dengan lingkungan dan komunitas lokal mengadakan program pelatihan darurat dan latihan bencana mandiri.

Relawan ini sering bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membuat acara pendidikan bencana gratis melengkapi upaya negara yang frekwensinya lebih jarang.

Kesukarelawanan bencana seperti ini semakin populer di Jepang sejak Gempa Besar Kobe tahun 1995, di mana sukarelawan Jepang berkumpul untuk membantu para korban di Kobe.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved