Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Khazanah Sejarah Islam

Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid dan Dato Mahkota Sebar Islam di Sulsel 1500,Sebelum Dato ri Bandang

Kerajaan Sanrobone kerajaan pertama yang menerima Islam di Sulsel. Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid menyebarkan Islam di Sulsel sebelum Dato ri Bandang

Penulis: AS Kambie | Editor: AS Kambie
dok.tribun
Situs jejak sejarah khazanah Islam di Kerajaan Sanrobone, Takalar 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Jejak Khazanah Sejarah Islam di Sulawesi Selatan terus terungkap.

Fakta dan data bermunculan dan dimunculkan. Banyak catatan sejarah terkoreksi.

Terungkap, Kerajaan Sanrobone adalah kerajaan pertama yang menerima Islam di Sulsel. Kerajaan Sanrobone kini terletak di wilayah Kabupaten Takalar.

Terungkap juga bahwa Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid telah menyebarkan Islam di Kerajaan Sanrobone, Kerajaan Gowa, dan Kerajaan Tallo sebelum trio Dato, Dato ri Bandang, Dato Patimang, dan Dato di Tiro.

Makam Syekh Kaharuddin Al Aidid di Sanrobone Takalar. Syekh Kaharuddin Al Aidid adalah salah seorang ulama penyebar Islam di Sulsel sebelum Dari ri Bandang.
Makam Syekh Kaharuddin Al Aidid di Sanrobone Takalar. Syekh Kaharuddin Al Aidid adalah salah seorang ulama penyebar Islam di Sulsel sebelum Dari ri Bandang. (dok.tribun)

Sejarah Kerajaan Sanrobone

Kerajaan Sanrobone didirikan Karaeng Panca Belong atau yang juga dikenal dengan Karampang Cambelong.

Seperti yang tertulis dalam sebuah catatan bertajuk Lontara Patturioloanga ri Sanrobone, Karaeng Panca Belong merupakan orang pertama yang menjadikan daerah Sanrobone sebagai daerah pemukiman.

Kerajaan ini awalnya merupakan kerajaan yang berdiri sendiri, hingga kemudian menjadi Kerajaan Palili. Kerjaan Palili sendiri merupakan sebutan untuk kerajaan yang menjadi pengikut dari Kerajaan Gowa.

Dalam Buku Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah, Prof Dr Mattulada menulis, Kerajaan Sanrobone bergabung dalam federasi Kerajaan Gowa atas perjanjian antara Raja Gowa Ke-9, Daeng Matanre Karaeng Tumaparisi Kallonna, awal abad XVI.

Pada masa Pemerintahan Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna,  baginda berusaha dan berhasil memperluas wilayah Kerajaan Gowa ke daratan di Sulawesi Selatan.

Disebutkan, antara lain, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallo menaklukkan Garassi, Kantingang, Parigi, Siang di Pangkep, Sidenreng, Lembangan, Bulukumba, Selayar, Panaikangm Madalo, Cempaka, Marusu, Polombangkeng, dan lain-lain.

Disebutkan juga bahwa Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna mengadakan perjanjian negara dengan Raja Salomekko bernama Magajaya dan mengadakan Palili atau pernyataan kesetiaan sebagai negara bagian dengan Kerjaan Sanrobone, Kerajaan Jipag, Kerajaan Galesong, Agangnonjo, Kahu, dan Pakombong.

Disebutkan Prof Mattulada, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna berkuasa selama 36 tahun. Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna menjadi raja Kerajaan Gowa dari tahun 1510 hingga 1546 masehi.

Agama Islam menjadi agama resmi Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, I Mangngerangi Daeng Manrabia. Setelah menjadi Muslim,  I Mangngerangi Daeng Manrabia bergelar Sultan Alauddin, yang namanya diabadikan di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar atau UIN Alauddin atau biasa juga disingkat UINAM, yang dulu Institut Agama Islam Negeri Alauddin atau IAIN Alauddin.  

Disebutkan dalam lontara yang menjadi rujukan Prof Mattulada menulis buku Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah, yang pertama memeluk Islam adalah Raja Tallo, I Malingkaang Daeng Manyonri yang juga paman I Mangngerangi Daeng Manrabia dan Mangkubumi Kerajaan Gowa.

Ditulis oleh Prof Mattulada dalam buku Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah, menurut Lontara Gowa-Tallo, I Malingkaang Daeng Manyonri mula-mula mengucapkan dua kalimat syahadat dan sesudah itu barlah I Mangngerangi Daeng Manrabia.

Pengucapan dua kalimat syahadat dua raja itu, paman dan ponakan itu, terjadi pada malam Jumat, 9 Jumadil Awal 1014 H bertepatan dengan 22 September 1605 masehi.

Dua tahun kemudian, seluruh rakyat Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dinyatakan memeluk  agama Islam. Deklarasi ini ditandai dengan Salat Jumat perdana dan sujud syukur bersama di Masjid Tallo pada 9 Nopember 1607.

Itu secara resmi jadi agama kerajaan.

Tapi, menurut Prof Mattulada, sesuai catatan lontara, sesungguhnya agama Islam sudah sampai di Makassar sejak Raja Gowa ke-10, I Mario Gau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng, 1546-1565 masehi.

Itu didasarkan pada izin Raja Gowa I Mario Gau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng kepada pedagang Melayu dengan perantaraan Nakhoda Bonang untuk menetap di Mangalekana atau Sombaopu.

Bahkan ditulis oleh Prof Mattulada, Raja Gowa ke-12, I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo telah mendidikan masjid untuk orang Islam Melayu di Mangalekana. Raja Gowa Tunijallo berkuasa antara tahun 1556-1590 Masehi.

Jejak Khazanah Islam di Sanrobone

Sejak masa ini, Kerajaan Sanrobone menjadi kerajaan palili’, kerajaan otonom di bawah perjanjian dengan Kerajaan Gowa.

Dalam lontara dan catatan peninggalan Kerajaan Sanrobone, Islam sudah menjadi agama resmi di Kerjaaan Sanrobone pada tahun 1510.

Dalam lontara di Kerajaan Sanrobone tercatat raja Kerajaan Sanrobone memeluk Islam pada tahun 1510.

Ditulis oleh Suwadi Idris Amir dalam opini di Tribun-Timur.com, pada tahun 1510 Kerajaan Sanrobone kedatangan ulama besar dari Minangkabau. Beliau adalah Sultan Pagaruyun atau Dato Mahkota.

Menurut Suwadi Idris Amir, Dato Mahkota adalah seorang sultan atau Raja Minangkabau yang juga seorang ulama yang merantau ke Kerajaan Sanrobone untuk menyebarkan ajaran Islam.

Jejak kehadiran Dato Mahkota di Kerajaan Sanrobone ditandai dengan pembangunan masjid tertua di Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Penyebar Islam

Selain membangun masjid tertua, Dato Mahkota juga mengislamkan raja-raja Kerajaan Sanrobone sejak tahun 1510.

Makam Dato Mahkota terletak di Dusun Bontoa Sanrobone.

Menurut Suwadi Idris Amir, selain Dato Mahkota, Kerajaan Sanrobone juga kedatangan ulama besar dari Bima.

Dia adalah Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid yang juga adalah Sultan Bima saat itu.

Dikatakan, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid datang ke Kerajaan Sanrobone membawa ketiga putranya yaitu Syekh Jalaluddin Al Aidid yang kelak dikenal dengan Tuanta Cikoang, Syekh Kaharuddin Al Aidid yang kelak dikenal dengan Tuanta Dengkang Sanrobone, dan Syekh Saefuddin Al Aidid (Yang menyebarkan Islam di Kerajaan Tallo).

Dituliskan, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid atau Sultan Bima bersama ketiga putranya datang ke Kerajaan Sanrobone pada tahun 1580-an dan ikut serta membantu Dato Mahkota membangun Mesjid tertua di Kerajaan Sanrobone.

Suwadi Idris Amir, yang juga cicit Syekh Kaharuddin Al Aidid, mengatakan, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid bersama Dato Mahkota lah yang pertama kali memperkenalkan Islam kepada Raja Tallo saat itu dan juga memperkenalkan kepada Raja Gowa Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-16.

Setekah merenovasi masjid, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid dan ketiga putranya mengundang Raja Gowa untuk berkunjung ke Kerajaan Sanrobone melihat mesjid yang sudah direnovasi pada tahun 1602.

Dan pada akhirnya Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo mengikuti jejak Kerajaan Sanrobone untuk memeluk Islam dan menjadikan agama Islam sebagai agama resmi di Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo pada tahun 1605.

Raja Gowa Sultan Alauddin kemudian memerintahkan pembangunan Masjid Katangka pada tahun 1605.

Bukan hanya mengislamkan Raja dan rakyat Kerajaan Sanrobone, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid juga berkunjung ke Cikoang bersama putra keduanya Syekh Kaharuddin Al Aidid untuk mengislamkan Raja Cikoang.

Bahkan Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid mengangkat Raja Cikoang sebagai anak angkatnya.

Setelah Raja Cikoang memeluk Islam, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid kembali ke Kerajaan Sanrobone bersama Syekh Kaharuddin Al Aidid, dan meminta kepada putranya yang tertua Syekh Jalaluddin Al Aidid untuk ke Kerajaan Cikoang menyebarkan ajaran Islam.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved