Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Khazanah Sejarah Islam

Jejak Islam Sulsel, Kerjaan Sanrobone Ternyata Lebih Dulu Masuk Islam dari Kerajaan Gowa dan Tallo.

Jejak kehadiran Dato Mahkota di Kerajaan Sanrobone ditandai dengan pembangunan masjid tertua di Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Editor: AS Kambie
reni/tribuntakalar.com
Abrasi di pinggir pantai Dusun Maccini Baji, Desa Ujung Baji, Kecamatan Sanrobone, Takalar, Sulsel. 
Direktur Eksekutif IPI, Suwadi Idris Amir, saat merilis hasil survei tentang Pilpres 2019 di Makassar, Sabtu (13/4/2019).
Direktur Eksekutif IPI, Suwadi Idris Amir, saat merilis hasil survei tentang Pilpres 2019 di Makassar, Sabtu (13/4/2019). (dok.tribun)

Oleh: Suwadi Idris Amir
Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI)

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sejarah Kerajaan Sanrobone masih minim diketahii publik.

Padahal Kerajaan Sanrobone adalah kerajaan tua yang berjaya bersamaan Kerajaan Gowa.

Bahkan jejak-jejak sejarah menggambarkan kalau Kerajaan Sanrobone lebih dulu ada dari Kerajaan Gowa.

Yang menarik lagi adakah Kerajaan Sanrobone yang didiirikan oleh Karaeng Pancabelong ini bahkan disebut lebih dulu memeluk agama Islam dibanding Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, dan Kerajaan Bone.

Dalam kitab lontara di Sanrobone tercatat raja Kerajaan Sanrobone memeluk Islam pada tahun 1510.

Pada tahun 1510 Kerajaan Sanrobone kedatangan ulama besar dari Minangkabau.

Beliau adalah Sultan Pagaruyun atau Dato Mahkota.

Alasan Dato Mahkota yang juga seorang sultan atau Raja Minangkabau dan ulama merantau ke Kerajaan Sanrobone tak lain hanya untuk menyebarkan ajaran Islam.

Jejak kehadiran Dato Mahkota di Kerajaan Sanrobone ditandai dengan pembangunan masjid tertua di Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Disebutkan, Dato Mahkota membangun masjid tertua di Kerajaan Sanrobone pada tahun 1589 sampai 1591.

Selain membangun mesjid tertua, Dato Mahkota juga mengislamkan raja-raja Kerajaan Sanrobone sejak tahun 1510.

Makam Dato Mahkota terletak di Dusun Bontoa Sanrobone.

Selain Dato Mahkota, Kerajaan Sanrobone pun kedatangan ulama besar dari Bima.

Dia adalah Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid yang juga adalah Sultan Bima saat itu.

Disebutkan, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid datang ke Kerajaan Sanrobone membawa ke tiga putra nya yaitu Syekh Jalaluddin Al Aidid (Tuanta Cikoang). Syekh Kaharuddin Al Aidid (Tuanta Dengkang Sanrobone), dan Syekh Saefuddin Al Aidid (Yang menyebarkan Islam di Kerajaan Tallo).

Kedatangan Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid atau Sultan Bima bersama ketiga putranya ke Kerajaan Sanrobone disebutkan pada tahun 1580 an dan ikut serta membantu Dato Mahkota membangun Mesjid tertua di Kerajaan Sanrobone.

Masjid tertua itu kemudian direnivasi oleh Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid pada tahun 1602.

Selain itu, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid bersama Dato Mahkota lah yang pertama kali memperkenalkan Islam kepada Raja Tallo saat itu dan juga memperkenalkan kepada Raja Gowa Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-16.

Kemudian, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid dan ketiga putranya mengundang Raja Ggowa untuk berkunjung ke Kerajaan Sanrobone melihat mesjid yang sudah direnovasi pada tahun 1602.

Dan pada akhirnya Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo mengikuti jejak Kerajaan Sanrobone untuk memeluk Islam dan menjadikan agama Islam sebagai agama resmi di Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo pada tahun 1605.

Raja Gowa Sultan Alauddin kemudian memerintahkan pembangunan Masjid Katangka pada tahun 1605.

Disebutkan, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid bukan hanya mengislamkan raja-raja Kerajaan Sanrobone, namun beliau juga berkunjung ke Cikoang bersama putra keduanya Syekh Kaharuddin Al Aidid untuk mengislamkan Raja Cikoang.

Bahkan Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid mengangkat Raja Cikoang sebagai anak angkatnya.

Setelah Raja Cikoang memeluk Islam, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid kembali ke Kerajaan Sanrobone bersama Syekh Kaharuddin Al Aidid, dan meminta kepada putranya yang tertua Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid untuk ke Kerajaan Cikoang menyebarkan ajaran Islam.

Syekh Jalaluddin Al Aidid menetap lama di Cikoang dan akhirnya dijadikan menantu oleh Raja Gowa ke 16 Sultan Alauddin.

Sedangkan Syekh Kaharuddin Al Aidid menetap di Kerajaan Sanrobone untuk membesarkan ajaran Islam di Kerajaan Sanrobone.

Dan anak ketiga Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid, Syekh Saefuddin menyebarkan islam di Kerajaan Tallo.

Sebelum Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid kembali ke Bima, Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid bersama Dato Mahkota mengundang tiga ulama ke Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo untuk membantu Raja Gowa dan Raja Tallo menyerbarkan ajaran Islam ke pelosok Sulsel.

Ketiga ulama tersebut adalah Dato Ribandang, Dato Ditiro, dan Dato Patimang.

Setelah Syekh Muhyiddin Umar Al Aidid memutuskan kembali ke Bima, putra ketiganya ikut kembali ke Bima.

Alasan Syekh Saefuddin Al Aidid, karena sudah ada tiga Dato yang membantu Dato Mahkota, Syekh Jalaluddin Al Aidid, serta Syekh Kaharuddin Al Aidid menyerbarkan Islam di Sulsel.

Hingga hadirnya tambahan tiga ulama besar pada abad ke 16 pula yaitu Lo'mo riantang, Dato Panggentungan, dan Syekh Yusuf Al Makassari.

Itulah jejak-jejak Khazanah Sejarah Islam yang saya dapatkan dan telusuri.

Untuk mendapatkan jejak-jejak  Khazanah Sejarah Islam di Sulsel silakan ke Sanrobone Kabupaten Takalar.

Di Sanrobone ada makam Dato Mahkota di dusun Bontoa.

Makam Syekh Kaharuddin Al Aidid  atau Tuan Dengkang Sanrobone terletak di Dusung Dengkang Sanrobone.

Sedangkan Syekh Jalaluddin Al Aidid hijrah ke Bima setelah Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, Kerajaan Sanrobone dikalahkan VOC Belanda.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved