Jalaluddin Rakhmat Meninggal, Biodata atau Profil, Dibesarkan di NU dan Sempat Aktif di Muhammadiyah
Cendikiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat dikabarkan meninggal dunia, biodata atau profil, dibesarkan di NU dan sempat aktif di Muhammadiyah.
TRIBUN-TIMUR.COM - Cendikiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat dikabarkan meninggal dunia, biodata atau profil, dibesarkan di NU dan sempat aktif di Muhammadiyah.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Cendikiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat dikabarkan meninggal dunia di usia 71 tahun.
Beliau menghembuskan nafas terakhir, Senin (15/2/2021) sore, di sebuah rumah sakit, di Bandung, Jawa Barat.
Kabar Jalaluddin Rakhmat meninggal disampaikan tokoh NU, Nadirsyah Hosen melalui akunnya di Twitter @na_dirs.
"Selamat jalan Kang Jalaluddin Rakhmat. Lahul Fatihah," demikian kicauan Nadirsyah Hosen.
Jurnalis senior Kompas, Robert Adhi Kusumaputra melalui akunnya di Twitter @RobertAdhiKsp juga menyampaikan kabar duka serupa.
"Turut berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak DR Jalaluddin Rakhmat hari Senin (15/2/2021) pukul 15:45 WIB di IICU RS Santosa Internasional Bandung. Pak Jalal adalah salah satu dosen legendaris @fikomunpad
era 1980-an. Selamat jalan, Pak Jalal."
Demikian kicauan Robert Adhi Kusumaputra.
Sosok Jalaludin Rakhmat atau Jalaluddin Rakhmat lahir di Bandung, 29 Agustus 1949.
Semasa hidupnya, selain sebagai cendikiawan Muslim, juga politisi dari PDIP.
Setelah lama menjadi dosen di Universitas Padjadjaran atau Unpad, pada tahun 2014 dia terpilih menjadi anggota DPRRI periode 2014-2019.
Di DPR, dia menjadi anggota Komisi VIII (agama dan sosial).
Jalaludin Rakhmat mendapatkan gelar master komunikasi dari Iowa State University dan doktor ilmu politik dari Australian National University.
Sejak tahun 1978 dia bergabung dengan Universitas Padjadjaran sebagai staf pengajar.
Setelah pensiun sebagai dosen, pada tahun 2013 dia memutuskan terjun ke dunia politik dan bergabung dengan PDIP.
Dia memilih partai tersebut karena menurutnya hanya PDI Perjuangan yang membela kaum minoritas.
Jalaludin Rakhmat muda dibesarkan di kalangan Nahdatul Ulama, dan kemudian aktif di gerakan Muhammadiyah.
Pada saat ini dia lebih dikenal sebagai tokoh Syiah di Indonesia.
Dia ikut membidani salah satu organisasi Syiah di Indonesia, yaitu Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi) pada awal Juli 2000.
Kontroversi
Jalaludin Rakhmat pernah dilaporkan kepada Kepolisian Kota Besar Makassar karena menggunakan ijazah master dan doktor palsu pada tahun 2014.
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar menduga Jalaludin Rakhmat tidak berhak memakai gelar S2 karena tidak menyetarakan ijazah di Depdikbud dan ijazah S3-nya tidak legal dan fiktif.
Sementara itu Mahkamah Kehormatan Dewan dalam Sidang Paripurna DPR memutuskan kasus ijazah Jalaludin Rakhmat dan Nurdin Tampubolon tidak terbukti.(*)