Gempa Sulbar
Sebulan Pascagempa Sulbar Masih Ada 38 Ribu Warga Mengungsi, Gempa Susulan Sudah 50 Kali
Sebulan pascagempa bumi mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), tercatat sebanyak 38.578 warga di Mamuju masih mengungsi.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Sebulan pascagempa bumi mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), tercatat sebanyak 38.578 warga di Mamuju masih mengungsi.
Para pengungsi tersebar di enam kecamatan, yakni Kecamatan Mamuju, Kecamatan Tappalang, Kecamatan Tappalang Barat, Kecamatan Simboro, Kecamatan Papalang, dan Kecamatan Kalukku.
Data dari Kodim 1418 Mamuju menyebutkan, Kecamatan Simboro menjadi wilayah terbanyak warga masih mengungsi.
Pengungsi terdapat di dua kelurahan dan lima desa, dengan jumlah 15.967 jiwa.
Kemudian, Kecamatan Tappalang 5.989 jiwa, Tappalang Barat 9.221 jiwa, Kalukku 1.934 jiwa, Mamuju 5.371 jiwa, dan Kecamatan Papalang 96 jiwa.
Baca juga: Dokter Awaluddin Lansia Pertama Divaksin Covid-19 di Luwu Utara
Baca juga: Belum Sebulan, Proyek Penahan Tanah di Sungai Paremang Luwu Rusak
Banyaknya warga yang masih memilih mengungsi, sebab Sulbar hingga saat ini masih kerap dilanda gempa susulan.
Warga masih takut kembali ke rumah masing-masing.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menyebutkan, saat ini Sulbar memasuki kondisi tektonik segera stabil.
Hal itu berdasarkan data, bahwa telah terjadi 50 kali gempa susulan dengan 12 kali aktivitas gempa yang dirasakan, sejak gempa magnitudo 6,2 lalu.
"Kondisi ini dihasilkan dengan memahami bahwa gempa Majene dan Mamuju memiliki produktivitas gempa susulan yang sangat rendah dan didukung perhitungan estimasi peluruhan gempa yang terus meluruh," kata Daryono, Minggu (14/2/2021).
"Selain itu gempa susulan di Sulbar tidak bersifat destruktif seperti yang pernah terjadi di Palu, Lombok, dan Ambon," jelas Daryono.
Menurutnya, bagi rumah yang aman, struktur dan tidak rusak, pemilik bisa pulang ke rumah kembali.
"Tetapi yang rumahnya rusak, memilih tetap di pengungsian. Tapi sekali lagi kami tak punya kewenangan untuk menyarankan pengungsi pulang ke rumah. Soal ini diserahkan sepenuhnya atau melalui izin BPPD," ujar Daryono.
BMKG juga, kata Daryono telah melakukan survei respon tanah pada tanggal 16 Januari lalu.
Baca juga: 2020, Ada 64 Kasus DBD di Bantaeng, Tahun Ini Sudah 11 Pasien
Baca juga: Arsyad Bacok Ilham di Depan Terminal Dangerakko Palopo
Selama sepekan tim BMKG melakukan survei di wilayah Mamuju dan Majene.
Survei tersebut menghasilkan klasifikasi atau zona tanah lunak, sedang, dan keras.
"Khusus untuk tanah keras akan sangat aman sebab dapat menahan atau bahkan meredam getaran," kata Daryono.
"Kami siap memaparkan hasil survei, peta penjelasannya. Ini penting untuk perencanaan pembangunan dan penataan ruang. Tapi harus didahului oleh surat pemintaan Pemprov atau Pemkab ke BMKG," sambungnya.
Masyarakat Diminta Waspada
Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sulbar, Safaruddin mengatakan, meskipun Sulbar kini dalam kondisi tektonik segera stabil, namun masyarakat tetap diharapkan dalam kewaspadaan.
Bagi pengungsi yang rumahnya masih dapat dihuni dan memutuskan kembali ke rumah, diharapkan tidak lengah.
Menurutnya, jika dianggap berisiko, aktivitas dan tidur untuk sementara sebaiknya dilakukan di bawah tenda yang didirikan di sekitar rumah masing masing.
Baca juga: Nurdin Abdullah Panen Benih Jagung Hibrida NASA 29 di Bone
Baca juga: Danny Pomanto Ngopi Bareng Ketua Gerindra Sulsel
"Alhamdulillah, pernyataan BMKG membuat kita sedikit bernafas lega. Tetapi ini bukan berarti kita tak perlu lagi siap siaga," katanya.
Warga yang kembali ke rumah, lanjut Safaruddin, akan dapat mencegah meluasnya penyebaran Covid-19.
Dengan beraktivitas di rumah, akan semakin memperkecil kontak dengan warga lain.
Kerumunan yang sering terjadi di titik pengungsian dapat terhindari.
"Apalagi di pengungsian terkadang pengungsi tidak disiplin lagi dengan protokoler kesehatan. Sehingga di rumah tentu dinilai akan lebih aman dari penyebaran corona," kata Safaruddin, yang juga juru bicara Satgas Covid 19 Sulbar.