Bawahan Jenderal Listyo Sigit Prabowo Bikin Pemilik M Hotel Minta Ditembak Mati Saja, Kronologi
Waduh, anak buah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta tim operasi yustisi jadi penyebab pemilik M Hotel Pinrang minta ditembak mati saja. Cek
TRIBUN-TIMUR.COM - Waduh, anak buah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta tim operasi yustisi jadi penyebab Pemilik M Hotel Pinrang minta ditembak mati saja. Cek Kronologi kejadiannya serta awal mula masalanya.
Lagi viral di media sosial Video adu mulut antara Pemilik M Hotel Pinrang dengan jajaran tum operasi yustisi penegakan protokol kesehatan Virus Corona.
Suasana memanas itu terjadi di area M Hotel, Jl Jedenrela Sudirman, Kecalamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang pada Sabtu 6 Februari 2021 lalu.
Dalam Video tersebut si pengusaha sekaligus pemilik M Hotel Pirang, Tendra minta ditembak saja.
Tenra menjelaskan, dia mengaku tersudut hingga meminta ditembak saja oleh petugas tim yang terdiri atas Satpol PP, TNI dan anak buah Jenderal Listyo Prabowo dari Polri.
Kronologi
Dia mengaku 20 hari terakhir tempat usahanya didatangi tim yustisi dan membubarkan pengunjungnya.
"Saya minta malam Minggu diberikan kompensansi. Saya kan punya warung kopi Kobas di depan hotel dan punya foudcourt Zona Kuliner di belakang hotel. Semalam itu mereka bubarkan pengunjung di kedua tempat itu," kata Tendra saat dihubungi Tribunpinrang.com, Minggu, (07/02/2021).
Di awal dia diam saja saat cafe di lantai bawah dibubarkan. Pengunjung dipaksa pergi dari lokasi tersebut.
Dia memutuskan tak melawan karena menghargai petugas.
Hanya saja mulai tak tahan saat petugas sampai meringsek masuk ke area lantai dua usahanya hingga mau ke kamar tamunya.
"Saya mulai heran ketika petugas masuk ke lobby hotel. Mau naik di lantai dua yang notabenenya tempat karaoke. Sedangkan di atas tidak ada tamu. Jadi saya minta tolong tidak usah naik," lanjutnya.
Adu mulut pun terjadi karena petugas memaksa untuk naik ke atas hotel.
Terkait dirinya yang mengatakan "tembak saja, Pak. Tembak," di dalam video tersebut, Tendra mengaku itu adalah luapan emosinya.
Seakan tak diberi jalan sedikitpun untuk menjalankan usahanya.