Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sriwijaya Air Jatuh

Siapa Priaardianto? Gugat Boeing karena Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh dan Disebut Bersalah

Siapa Priaardianto? Gugat Boeing karena pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh, pabrikan disebut bersalah.

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Petugas KNKT memeriksa bagian turbin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu di Posko SAR Sriwijaya Air, Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Keluarga korban akan menggugat Boeing atas kecelakaan itu. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Siapa Priaardianto? Gugat Boeing karena pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh, pabrikan disebut bersalah.

Sejumlah keluarga korban kecelakaan pesawat udara Sriwijaya Air SJ-182 bakal mengajukan gugatan ke pabrikan pesawat Amerika Serikat, Boeing.

Pengacara keluarga korban, Priaardianto mengaku telah menemukan indikasi adanya kesalahan Boeing dalam jatuhnya pesawat rute Jakarta - Pontianak atau dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara Internasional Supadio tersebut. 

Setelah mendapatkan bukti-bukti yang kuat, pengacara dari kantor Hukum Danto dan Tomi & Rekan ini melayangkan gugatan kepada Boeing.

"Pada dasarnya, kita setelah mendapatkan bukti yang kuat, bahwa ada bukti kesalahan Boeing kita sudah mulai menuntut ke Boeing. Artinya kita sekarang sudah menemukan tanda-tandanya tapi kita terus berusaha untuk mendapatkan bukti yang sah karena kita tidak terlalu buru-buru."

"Kita mau yakin, Boeing ada kesalahan. Itu kita akan cari buktinya, kita sudah mulai menemukan arah ke situ tapi kita belum bisa ekspose," katanya sebagaimana dikutip dari channel YouTube Kompas TV. 

Sementara dikutip dari Kompas TV, Priaardianto mengaku telah mendapat kuasa hukum dari empat keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 untuk mengjukan gugatan ke Boeoing.

Namun Priaardianto tidak mengungkap keempat keluarga korban yang memberikan kuasa terhadapnya.

Adapun dugaan kesalahan Boeing yang dimaksud Priaardianto adalah mengenai kerusakan sistem autothrottle di pesawat Boeing 737-500 bernomor registrasi PK-CLC yang digunakan untuk penerbangan Sriwijaya Air SJ-182.

Bermasalah sebelum terbang

Penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ), Nurcahyo Utomo mengatakan terdapat masalah pada sistem autothrottle Sriwijaya Air SJ-182 sebelum pesawat jatuh pada Sabtu (9/1/2021) sore di perairan Kepulauan Seribu.

Masalah pada sistem autothrottle Sriwijaya Air SJ-182 itu dilaporkan beberapa hari sebelum pesawat jatuh.

"Ada laporan kerusakan pada autothrottle beberapa hari sebelumnya pada teknisi di log perawatan. Tapi, kami tidak tahu apa masalahnya," ujar Nurcahyo kepada kantor berita Reuters, Jumat (22/1/2021).

Nurcahyo mengatakan pihaknya belum bisa mengetahui lebih lanjut permasalahan apa yang terjadi pada sistem autothrottle.

Permasalahan itu akan diketahui apabila cockpit voice recorder (CVR) yang merupakan bagian dari kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182 sudah ditemukan.

Untuk diketahui, hingga saat ini, CVR Sriwjaya Air SJ-182 masih dalam pencarian.

Pada operasi pencarian Sriwijaya Air, tim SAR baru menemukan flight data recorder (FDR). 

"Jika kami menemukan CVR (cockpit voice recorder), kami bisa mendengar diskusi antar pilot, apa yang mereka bicarakan dan kami akan tahu apa masalahnya," imbuh dia mengatakan.

Meski terdapat permasalahan pada sistem autothrottle, menurut Nurcahyo, belum jelas apakah permasalahan itu yang menyebabkan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Hal ini lantaran pesawat tetap boleh diterbangkan meski sistem autothrottle tak berfungsi.

Pasalnya, pilot bisa mengendalikannya secara manual.

Apa itu sistem autothrottle?

Sistem autothrottle adalah sistem untuk mengatur tenaga pesawat secara otomatis.

Dengan adanya sistem ini, pesawat hanya perlu memberi tahu kecepatan yang diinginkan ke komputer.

Selanjutnya, komputer akan mengatur tenaga mesin untuk menerbangkan pesawat dengan kecepatan yang diinginkan.

Sistem ini pada dasarnya mirip dengan yang ada di mobil mewah, cruise control, yakni sistem yang menjalankan mobil dengan kecepatan yang diinginkan tanpa harus menginjak pedal gas.

Sementara itu, merujuk tulisan Mantan KSAU, Chappy Hakim yang dimuat di Kompas.com pada 22 April 2016 berjudul "Bahayanya Bila Terlalu Mengandalkan Auto Pilot", ketergantungan pilot terhadap sistem otomatis di pesawat menyebakan dua hal.

Pertama, dengan terlalu mengandalkan peralatan otomatis dalam mengendalikan pesawat maka tingkat kewaspdaan seorang pilot pasti tidak berada dalam kondisi yang sama apabila dia tidak menggunakan peralatan otomatis.

Yang kedua adalah keterampilan dasar dari seorang pilot hanya akan dapat terjaga dengan baik apabila pilot sering melakukannya dalam menerbangkan pesawat sehari-hari.

Dipastikan dengan terlalu seringnya pilot mengandalkan peralatan kemudi otomatis telah menyebabkan pilot jarang memperoleh kesempatan menerbangkan pesawat secara manual.

Itu semua akan berakibat menurunnya keterampilan Pilot dalam menerbangkan pesawat.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved