Muswil PKB Sulsel
Muswil PKB Sulsel, Andi Muawiyah Ramly Tekankan Pengaderan dan Pendidikan Politik
Muswil PKB Sulsel, Andi Muawiyah Ramly Tekankan Pengaderan dan Pendidikan Politik
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tiga hari lagi Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sulawesi Selatan akan menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil).
Forum tingkatkan wilayah itu akan digelar pada 16-17 Januari 2021 di Hotel Claro Jl AP Pettarani, Kota Makassar.
Anggota Fraksi PKB DPR RI asal Sulsel, Andi Muawiyah Ramly menekankan dua hal mendasar untuk Muswil Sulsel ini, yaitu pengaderan dan pendidikan politik.
Pria yang akrab disapa Amure itu berharap Muswil PKB Sulsel melahirkan penataan kepengurusan. Mulai dari pengurus wilayah, cabang, anak cabang, hingga ranting.
Sebagai salah satu pendiri PKB, Amure mengingatkan ranting inilah garda terdepan suara pemilih PKB, konstituen yang memberikan dukungan.
Akan tetapi, Amure menilai, dalam praktiknya rantinglah yang sering termarjinalkan dalam kegiatan partai.
"Kalau hal ini berlanjut tanpa adanya keinginan kuat untuk lakukan pembenahan, maka dipastikan ada fatique atau kelelahan untuk terus mendukung PKB dalam kerja-kerja partai berikutnya," kata Amure kepada Tribun Timur, Rabu (13/1/2021).
Kemudian, Amure berharap PKB Sulsel harus melakukan intervensi program kepada pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren.
Ia mengingatkan PKB adalah partai politik yang didirikan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam rangka Rahmatan lil alamin.
"Kami dari DPP PKB dan Fraksi PKB di Senayan sudah membuka dan memberi koridor untuk memberikan penguatan kepada Pondok Pesantren dengan inisiatif melahirkan UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren," ujarnya.
Tentu terkait dengan hal itu, lanjutnya, segenap pengurus di semua level, perlu terus menyapa pimpinan, pengasuh dan santri Pondok Pesantren di Sulsel ini.
Menurutnya, meski pun berbeda nama organisasinya, Assadiyah, DDI, tapi sesungguhnya sama sebangun dalam ideologi Ahlussunnah dengan Nahdlatul Ulama.
"Dengan memperkuat kehadiran di pondok Pesantren, maka kita akan menemukan SDM yang memiliki 3 objektif," terangnya.
SDM objektif itu, pertama insan muda yang agamis dan menguasai vaksi ahlaqul karima.
Kedua, kata Amure, pembelajar yang yang nasionalis dan wasatiyah (eqalibrium) dan produk anak muda yang mandiri, baik secara ekonomi maupun teknologi.