Sriwijaya Air Jatuh
Investigasi KNKT: Sistem Sriwijaya Air SJ-182 Berfungsi dan Tak Meledak Sebelum Terbentur di Air
Hasil investigasi KNKT: sistem Sriwijaya Air SJ-182 masih berfungsi dan tak meledak sebelum terbentur di air.
"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata dia.
Saat mengalami kecelakaan, Sriwijaya Air SJ-182 mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru aktif, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Ketika pesawat kali pertama dilaporkan hilang kontak, sejumlah petugas gabungan, baik dari Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI, hingga Polri langsung bahu-membahu menggelar proses evakuasi di Kepulauan Seribu.
Kerusakan fan blade
Proses evakuasi oleh tim SAR gabungan telah memasuki hari keempat hingga Selasa (12/1/2021).
Selama evakuasi tersebut, Basarnas telah mengumpulkan berbagai puing yang mempunyai arti penting dalam rangka menganalisis penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.
Dari proses evakuasi tersebut, salah satu temuan puing yang bernilai penting yakni ditemukannya bagian mesin turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
Fan blade ketika kali pertama ditemukan sudah dalam kondisi rusak justru menguatkan dugaan awal bahwa mesin pesawat masih bekerja ketika Sriwijaya Air SJ-182 jatuh ke permukaan laut.
"Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," ucap Soerjanto.
Temuan FDR kotak hitam
Upaya petugas gabungan mencari korban sekaligus black box atau kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182 akhirnya menuai hasilnya.
Tepat pukul 16.40 WIB, petugas yang tergabung di KRI Rigel 933 berhasil menemukan perangkat flight data recorder (FDR) yang menjadi satu dari dua perangkat yang terpasang di kotak hitam pesawat.
FDR sendiri berisi rekaman data penerbangan.
Hanya saja, temuan kotak hitam ini tidak lengkap.
Masih ada bagian lain yang belum ditemukan, yakni cockpit voice recorder (CVR).