Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

opini aswar hasan

Rekonsiliasi Pemerintah dengan FPI Urgen Tapi Pelik, Faksi Cebong dan Faksi Kampret Masih Ngotot!

perkubuan masih begitu kuat dan mengemuka saling klaim kebenaran. Faksi Cebong, faksi kampret, atau faksi Kadrun masih eksis dan ngotot-ngototan

Editor: AS Kambie
Dok Pribadi Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unhas 

Ujung-ujungnya, pihak pendukung kecewa karena merasa dikhianati. Kekecewaan para pendukung itu laksana api dalam sekam yang sewaktu-waktu termanifestasi secara negatif jika ada pemicunya. Maka, dalam konteks itu rekonsiliasi menjadi urgen.

Mengapa rekonsiliasi menjadi urgen dilakukan oleh bangsa ini, karena dengan rekonsiliasi kita bisa saling menghormati posisi masing-masing tanpa harus saling mendelegitimasi peran dalam berkontribusi untuk pembangunan bangsa.

Olehnya itu, rekonsiliasi harus mensyaratkan untuk saling menghormati posisi dan menghargai niat masing pihak untuk berkontribusi pada kepentingan bersama, yaitu bagaimana merawat dan memajukan kehidupan berbangsa tanpa saling melecehkan.

Titik temu dari agenda rekonsiliasi adalah kepentingan bangsa untuk bersama merawat negara demi kemaslahatan rakyat. Tawar menawar demi posisi untuk kepentingan golongan masing-masing harus dikesampingkan demi memudahkan kejelasan titik temu untuk diformulasikan sebagai agenda bersama.

Sinergisitas masing-masing peran untuk fokus pada tujuan negara yang termaktub sebagai amanat konstitusi haruslah menjadi agenda bersama yang utama.

Dengan demikian, perbedaan posisi dan visi di persentuhkan secara dependensial tanpa menihilkan posisi yang saling berbeda. Rekonsiliasi tidak mesti menghapus perbedaan. Kita bisa bersatu dalam perbedaan dan tetap berbeda dalam persatuan. Itulah demokrasi yang subtansial, bukan sekadar prosedural dalam bentuk basa basi demokrasi.

Rekonsialisi kebangsaan, adalah demi menata kehidupan kebangsaan ke depan dengan yang lebih baik. Tetapi mungkinkah rekonsiliasi itu bisa terlaksana?

Rekonsiliasi akan dengan mudah terlaksana jika pemerintah memiliki political Will  untuk melaksanakannya. Masalahnya, political Will  tersebut, dihadapkan sejumlah kendala yang lebih bersifat psikologis dan politis. Kedua kendala ini, menjadi rumit karena lebih dominan dipersepsi secara subyektif, ketimbang obyektif. Dibutuhkan jiwa kenegaraan dan kearifan kepribadian serta wawasan kenegaraan yang paripurna. Disitulah letak peliknya rekonsiliasi bangsa ini. Wallahu A’lam Bishashawabe.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Kajili-jili!

 

Kajili-jili!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved