Tahu Tempe
Kuatnya Ekonomi China Sampai Membuat Tahu dan Tempe Indonesia Ukurannya Kian Kecil, Ini Buktinya?
Gara-gara permintaan kedelai China, ukuran tempe tahu mengecil di Indonesia berikut penjelasan resmi dari Kementerian Perdagangan RI
Pardi mengaku selama ini memasok tiga pasar tradisional yang tidak jauh dari lokasi pabrik kecilnya itu, yakni Pasar Gili, Pasar Budi Darma, dan Pasar Kebon Kacang. Sejak Jumat lalu pun, sudah banyak pedagang yang menanyakan stok tempe padanya. Karena produk olahan kedelai satu ini memang banyak diminati masyarakat.
Namun ia tidak bisa memberikan apa yang diminta para pelanggannya itu, lantaran kosongnya stok tempe.
"Biasanya kita suplai ke Pasar Gili, Pasar Budi Darma, sama Pasar Kebon Kacang. Ya sebenarnya pas mogok kemarin itu sudah banyak yang cari tempe, cuma kan nggak ada stoknya, kita mogok dan nggak buat tempe itu," papar Pardi.
Tribun pun sempat melihat ke dalam pabrik kecil miliknya, dua orang karyawan yang sedang sibuk mengolah kedelai. Pardi menjelaskan saat ini sedang proses fermentasi kedelai, besok sudah mulai kembali dipasarkan.
"Ya terus sekarang lagi bikin buat besok, kan fermentasi biasanya dua hari, jadi dari Sabtu kemarin sudah mulai produksi lagi, karena kan mogoknya cuma sampai Minggu," ujar Pardi.
Jual Oncom
Sementara itu, pedagang tempe bernama Kastera (54) yang biasa berjualan di Pasar Budi Darma, Kota Bambu Utara, Jakarta Barat mengaku saat ini pasokan tempe dan tahu cukup sulit, karena aksi mogok produksi yang dilakukan para produsen dua produk olahan kedelai tersebut.
"Susah sekarang, ini gara-gara kedelai naik, saya jadi susah dapat tempe dan tahu, ini adanya ya cuma oncom aja," ujar Kastera.
Ia mengaku tidak mendapatkan tempe dan tahu sejak Jumat lalu, padahal dua produk ini banyak diminati pembelinya.
"Ini sudah 3 hari dari hari Jumat kosong, yang beli juga pada nanya tapi ya bagaimana, kosong di pabriknya," jelas Kastera. Terkait harga, biasanya ia menjual tempe per papannya sebesar Rp 5.000, sedangkan dari produsen Rp 4.000.
Namun jika terdapat kenaikan harga, nantinya ia juga akan menyesuaikan harga tersebut.
"Ya saya jualnya Rp 5.000 sekarang, tapi kalau misalnya harga naik dari sananya (pabriknya), ya saya sesuaikan saja harganya," kata Kastera.
Kastera kemudian menyampaikan, dirinya telah memperoleh kabar dari pabrik yang biasa memasok tempe untuknya, bahwa para produsen itu akan mulai kembali beroperasi hari ini. "Tapi yang saya dengar itu besok (Senin) udah mulai produksi lagi pabriknya, jadi ya saya tunggu aja ini," pungkas Kastera.
Ketua Bidang Hukum Sedulur Perajin Tahu-Tempe Indonesia (SPTI) Fajri Safii menilai ada potensi kartel yang membuat harga kedelai melonjak 35 persen dari harga sebelumnya. Menurutnya, harga kedelai sebagai bahan pokok untuk pembuatan tempe dan tahu bisa meruntuhkan sikap nasionalis dan kebanggaan terhadap budaya bangsa.
Itu karena tempe dan tahu merupakan makanan pokok bangsa Indonesia yang menjadi bagian dari budaya bangsa. “Pemerintah harus turut campur dalam pengendalian harga ini bukan memberi fasilitas importir untuk melakukan monopoli harga atau kartel,” kata Fajri.