OPNI
Tegar Saat Pandemi (Catatan Akhir Tahun Ikhtiar Berkhidmat pada UIN Alauddin)
Sepanjang tahun 2020 ini, kita mengukir banyak kisah tentang upaya institusi tercinta dan warganya untuk tetap berdiri tegak.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Oleh: Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin
Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2020 dengan segala suka yang diselimuti banyak duka.
Suka terhadap segala pencapaian dan prestasi kelembagaan, dan duka dari musibah atau ujian yang menimpa keluarga besar kita.
Antara suka dan duka itu terdapat seribu satu ikhtiar dan perjuangan hidup.
Sepanjang tahun 2020 ini, kita mengukir banyak kisah tentang upaya institusi tercinta dan warganya untuk tetap berdiri tegak.
Tahun 2020 menjadi tahun pembelajaran bagi institusi pendidikan ini untuk membangun *ketahanan akademik* di tengah anomali pandemi.
Alhamdulillah, kita menjalaninya dengan baik tentu segala daya upaya yang telah dikerahkan.
Kita melewati tahun 2020 dengan banyak air mata yang tumpah, tentunya bukan karena konflik, tapi air mata kesedihan dengan kepergian beberapa figur sentral kampus, apakah menjadi korban dari keganasan wabah covid, atau karena penyebab lainnya.
Kita kehilangan salah satu Professor kita yang masih aktif yang juga dikenal sebagai tokoh.
Kita kehilangan ketua SPI, salah satu perintis awal gerakan pengawasan internal kampus PTKN.
Kita juga kehilangan salah satu dosen energik jebolan luar negeri yang sangat produktif.
Dan bahkan, menutup air tahun, kita kembali kehilangan salah satu dosen senior kita yang selama ini aktif berkontribusi pada penguatan jati diri kemahasiswaan kampus.
Di tengah larutnya kita pada kesedihan dengan kepergian mereka, kita tetap harus tegar.
Arwah mereka pasti akan bahagia di alam sana ketika kita bisa melanjutkan apa yang menjadi obsesi institusional mereka.
Meskipun pada tahun 2020, kita bergumul dengan adaptasi terhadap irama wabah; kuliah secara daring, 'work from home', 'work from office secara bergilir', penutupan kampus secara berkala, kita terus berupaya menjaga kinerja meskipun di tengah keterbatasan gerak karena selalu mengatur jarak, dan beratnya nafas karena kungkungan masker.