Begini Perlakuan VDNI Perusahaan Smelter dari China ke Karyawan, Pemicu Rusuh di Morosi Konawe
Begini perlakuan VDNI perusahaan smelter dari China ke karyawan, pemicu rusuh di Morosi, Kabupaten Konawe.
Pada Mei 2020 lalu, VDNI sempat jadi sorotan sebab mendatangkan 500 tenaga kerja asing atau TKA dari China, di tengah mewabahnya virus corona di Indonesia.
Keberadaan TKA juga menjadi ancaman bagi tenaga kerja lokal.
PT Virtue Dragon Nickel Industry ( VDNI ) merupakan perusahaan berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang berdiri sejak Agustus 2014.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta dan memiliki kantor cabang di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Induk perusahaan ini adalah De Long Nickel Co.LTD di JiangSu, China dan memiliki wilayah operasi di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Melansir Kontan, 9 Januari 2015, perusahaan pengolahan feronikel ini menginvestasikan 5 miliar dollar AS atau Rp 75 triliun untuk membangun pabrik feronikel di kawasan industri Konawe di Sulawesi Tenggara.
Selain untuk bangun smelter pengolahan feronikel, perusahaan juga akan membangun infrastruktur penunjang seperti pembangkit listrik dan pelabuhan sendiri.
"Kami akan membangun smelter hingga 2020 dengan kapasitas total 3 juta ton feronikel per tahun. Selain itu kami juga akan bangun pembangkit listrik dan pelabuhan sendiri," ujar Andrew Zhu, President Director Virtue Dragon Nickel Industry, Jumat, (9/1/2015).
Ia menjelaskan nilai tersebut merupakan nilai total investasi untuk membeli 500 hektar lahan, membangun smelter pengolahan feronikel, pembangkit listrik, dan pelabuhan.
Perusahaan akan membangun pembangkit listrik untuk kebutuhan investasi tahap pertama dengan kapasitas 335 megawatt.
Adapun untuk pembangkit listrik untuk investasi tahap kedua dan ketiga, masih akan dihitung dan dibangun menyusul.
Perusahaan juga berencana untuk membangun pelabuhan dengan kapasitas muatan hingga 50.000 ton.
Melansir Kontan, 6 Juli 2017, saat ini Virtue Dragon hanya mengantongi perizinan untuk dua fase pembangunan industri nikel.
Fase pertama seluas 500 ha dengan investasi senilai 1 miliar dollar AS, yang kedua seluas 700 ha dengan investasi senilai 2,5 miliar dollar AS.
Namun, Virtue Dragon mengajukan penambahan lahan seluas 1.000 ha dengan total pengajuan izin pengelolaan lahan seluas 2.200 ha untuk dibangun Virtue Dragon Industrial Park.
Tetapi permasalahnnya, lahan yang diajukan perusahaan nikel asal China tersebut harus menggeser lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Pemerintah pun berniat berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk mencarikan wilayah pertanian pengganti.(*)