Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengenang AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata, dari Prajurit Dua ke AKBP, Nikmati Gaji Rp 10 Ribu Sebulan

Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Kabupaten Soppeng, AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata meninggal dunia di usia 66 tahun.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Foto kenangan almarhum AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata dan keluarga. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Kabupaten Soppeng, AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata meninggal dunia di usia 66 tahun.

Beliau menghembuskan nafas terakhir di usia 66 tahun, Selasa (1/12/2020) siang, sekitar pukul 14:10 Wita, karena sakit.

AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata yang lahir pada Kamis, 1 Januari 1953 dan meninggal tepat sebulan sebelum memasuki usia 67 tahun.

Beliau merupakan mantan Wakapolres Sidrap, mantan Kapolsek Libureng di Kabupaten Bone, mantan Kapolsek Kajuara di Kabupaten Bone, dan mantan Kapolsek Soreang di Kota Parepare.

Beliau juga pernah menjabat sebagai anggota DPRD Soppeng dari Fraksi ABRI (TNI/Polri).

Baca juga: AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata Mantan Anggota DPRD Soppeng dan Mantan Wakapolres Sidrap Meninggal

AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata merupakan putra dari tokoh Bone Barat, almarhum Aiptu (Purn) H Lawata Rahmat bin Rammade dan almarhumah Hj Halijah binti Taliu (ibu)

Dia anak kedua dari 11 orang bersaudara.

Anak sulung adalah AKBP (Purn) H Abu Bakar Haji Wata, lalu anak ketiga adalah Hj Nurmiati Haji Wata, anak keempat Hj Rosmiati Haji Wata, anak kelima Kompol H Burhanuddin Haji Wata.

Anak keenam adalah almarhuman Suhartini Haji Wata, meninggal saat masih kecil.

Anak ketujuh adalah Brigadir (Purn) H Sadi Haji Wata, anak kedelapan Drs Takdir Haji Wata, anak kesembilan H Muliharram H Wata, anak kesepuluh AKP H Surono Haji Wata.

Si bungsu adalah Dr Ir Zakir Sabara H Wata IPM ASEAN Eng.

Foto kenangan AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata (kiri) bersama dengan adiknya, Dr Ir H Zakir Sabara Haji Wata ST MT IPM ASEAN Eng.
Foto kenangan AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata (kiri) bersama dengan adiknya, Dr Ir H Zakir Sabara Haji Wata ST MT IPM ASEAN Eng. (DOK PRIBADI)

Zakir Sabara H Wata pada hari kepergian sang kakak tercinta yang biasa dia sapa Daeng Aji Sahir, curhat soal kenangan indah dan perjalanan hidup almarhum.

Mengakhiri pengabdian di Korps Bhayangkara dengan pangkat terakhir AKBP (perwira menengah), H Sahir Haji Wata rupanya meniti karier dari bawah.

Dia mendaftar menjadi polisi atas dorongan dari sang ayah.

Kualifikasi pendidikannya pada saat itu adalah SMP dan pangkatnya di awal bergabung adalah Prajurit Dua (sekarang Bhayangkara Dua atau Bharada).

Jalan rezeki tak ada yang tahu kecuali Allah.

H Sahir Haji Wata pun bisa naik pangkat hingga AKBP.

Selama mengabdi di kepolisian, dia 16 kali naik pangkat dari tamtama ke bintara, lalu ke bintara tinggi, selanjutnya ke perwira pertama, dan terakhir perwira menengah.

Di keluarga, H Sahir Haji Wata dikenal menjadi orangtua kedua bagi adik-adiknya setelah orangtua kandung.

H Sahir Haji Wata mampu menafkahi adik-adiknya dengan gaji pas-pasan, bahkan membantu menyekolahkan mereka.

Selengkapnya, berikut curhat Zakir Sabara Haji Wata tentang almarhum.

Tulisan curhat ini dibagikan Zakir Sabara Haji Wata melalui sejumlah akun media sosialnya.

Senyum Daeng Aji Sahir Bin Lawata;

Dari Polisi 1 Balok Merah ke 2 Bunga Melati

Catatan Kecil Buat Almarhum Kakakku

BERDUKA bukan hal baru bagiku.

Duka menyayat terakhir kualami saat ayah dan ibu meninggal dekade lalu.

Dalam level berbeda, duka itu datang lagi, Selasa 1 Desember 2020 siang.

Kakak keduaku, Haji Sahir Bin Haji Lawata Rahmat (1953-2020) meninggal dengan tenang dan disemayamkan di rumah kampung istrinya, Malaka Kota WatangSoppeng.

Inilah kali pertama saya merasakan kehilangan saudara. Satu kakak wanitaku, Suhartini, (1966) wafat sebelum saya lahir, 1975.

Saya bungsu dengan 10 kakak.

Almarhum Daeng Aji Sahir adalah kakak tertua kedua. Ia dan lima kakakku lainnya mengikuti jejak ayahku; sebagai polisi. Dua kakak wanitaku, juga menikahi anggota Polri dan TNI.

Dimataku, Daeng Aji Sahir, itu sapaanku, termasuk polisi sejati. Tahun 1972, saat baru tamat SMP, ia sudah dipaksa ayahku ikuti jejak kakak tertua, Daeng Haji Abubakar (AKBP purnawirawan).

Pangkat pertamanya, satu balok merah. Ini Bhayangkara Dua (Bharada), tamtama polisi tingkat pertama. Pangkat ini, masih dipakai di satuan Brimob. Inilah pangkat "terendah" anggota Polri.

Saat Polri masih dibawah ABRI, almarhum pernah merasakan pangkat "prajurit satu", pratu. Pernah kakak bercerita, dengan pangkat itu, dulu, gajinya kurang dari Rp10 ribu sebulan. "Saya jadi polisi, waktu Kapolrinya masih Jenderal Hoegeng (Imam Santoso),"

Saat saya masih SD di kampung Ujung Lamuru dan bapak sudah jadi kepala desa, sekitar awal 1980-an, gaji resmi polisi sepangkatan kakak, rerata Rp. 20 ribuan sebulan. Saat almarhum pensiun, 2011, dia menyandang pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi .

50 tahun lalu, dia merintis dengan pangkat 1 balok merah di bahu, dan purnawirawan dengan pangkat dua bunga di pundak. "Temme esempema u mancaji polisi ndik, pensiunga', alhamdulillah mancaji dottoroni anaureta, " (saya cuma tamatan SMP masuk polisi, alhamdulillah jadi doktermi kemanakanmu), katanya suatu hari di Kampung Lappariaja, Bone.

Almarhum pensiun dengan jabatan terakhir Pembina di SPN Batua. Dua tahun sebelumnya, dia menjabat Wakapolres Sidrap setelah 5 tahun jadi anggota DPRD Soppeng. Almarhum menghafal rincian pengalaman dan suka duka polisi, terutama saat dia terpilih jadi anggota DPRD Soppeng, dari fraksi TNI/Polri awal dekade 2000-an dan dipercaya jadi Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Kabupaten Soppeng, hingga akhir hayatnya.

Terakhir saya bertemu, almarhum 8 November 2020, atau 3 pekan lalu. Di pesta anak kakak sepupu di Lapri Bone.

Kini, di depan jenazahnya, pesan terakhir almahum terus mengiang.

Dalam bahasa Bugis, pesannya; "Terus berjuang tegakkan kebenaran. jangan pernah berhenti untuk kepentingan orang banyak”. dan ternyata, itulah sinyal kepergianmu yang tak kusadari Daeng.

Tentang perjuangan kakak meniti karier sebagai polisi, kerap membuat kami iri, menangis, namun bahagia. Tahun 1980-an, dia sudah menetap di Kota besar. Dialah kakak yang pertama menetap saat Makassar masih bernama Ujungpandang.

Di masa sulit, dekade 1980 dan 1990an, saat gaji bintara polisi masih seperempat juta, dia sudah rela mengambil tanggung jawab ayah;

Beban 8 adik-adiknya yang masih menuntut ilmu diberbagai bangku pendidikan di Makassar, dia emban bersama Daeng Aji Abu. Kesabaran istrinya, Hajjah Hasrah Ngati, yang kebetulan guru di SMPN 5 Makassar, membuat kami adik-adiknya tak sungkan-sungkan mampir makan pagi, siang, malam bahkan kami bersaudara tinggal bersama dan bergilirah di asrama polisinya.

Daeng Sahir sadar betul bahwa dia tumpuan harapan masa depan adik adiknya, baik dari pihak keluarga kami maupun dari keluarga kakak ipar

Dalam kondisi serba terbatas, adik-adiknya dari Bone dan Soppeng dibina dirumahnya baik yang melanjutkan pendidikan tinggi maupun yang akan meraih cita-cita sebagai abdi negara, baik polisi maupun tentara

Dia akan sangat bahagia jika di keluarga kami ada yang bercita-cita menjadi generasi penerusnya. Dia akan lakukan segala upaya untuk menjadi jembatan masa depan adik dan keluarganya.

Entah sudah berapa banyak keluarga kita meniti karir di institusi kepolisian dan TNI berkat sentuhan didikanmu.

Bersama kakak pertama, Daeng Aju Abu, kadang saling tegang bukan karena dia saling bermusuhan, tapi saling bertahan sikap mencari jalan keluar masa depan adik-adiknya.

Mereka selalu membantu adik adiknya dengan gaya dan caranya masing-masing. Yang terkadang kami selalu salah paham karena terlalu ketat dan disiplin serta sering kami menganggap sikapnya ketinggalan jaman, tapi kamipun sadar mungkin semua itu karena faktor didikan orang tua kami yang memang sangat tegas dan disiplin.

Selamat Jalan Kakakku Daeng Aji Sahir, Insya Allah, kakak dan adik-adikmu pasti selalu mendoakanmu, kami semua bisa seperti saat ini karena engkau jualah yang selalu memperjuangkan masa depan dan mewujudkan mimpi keluarga kita

Dari Si Bungsu Bebal

Zakir Sabara Haji Wata
****####****

Kami yang berduka:

1. AKBP (Purn.) Drs. H. Abu Bakar HW, SH., MH. / Hj. Nursiah

2. Almarhun AKBP (Purn.) H. Sahir HW, S.Sos / Hj. Hasrah Ngati

3. Hj. Nurmiati HW / Alm. Peltu TNI Andi Muh. Sain

4. Hj. Rosmiati HW, S.Pd / AKBP (P) Marsuki

5. Kompol H. Burhanuddin HW, SH / Hj. Deno Munarti Ningsih

6. Almarhumah Suhartini

7. Brigadir (P) H. Sadi HL / Hj. Haderah Madeali, S.Pd

8. Drs. Takdir HW, MAP. / Hj. Kasmiah, Amd.

9. H. Muliharram HW, SE. / Hj. Marliati

10. AKP. H. Surono HW, S.Sos., MH. / Hj. Nureni Yahya, S.Sos., MM

11. Dr. Ir. H. Zakir Sabara HW, ST., MT., IPM., ASEAN Eng / Hj. Ir. Purnamasari Hanafie, ST., MT., IPM.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved