Berpeluang Jadi Kapolri Gantikan Jenderal Idham Azis, Inilah Sosok Jenderal 'Korban' dari Geng Solo
Berpeluang jadi Kapolri gantikan Jenderal Idham Azis, inilah sosok "dikorbankan" lewat kerumunan FPI versi IPW, dari geng Solo.
Irjen Rudy Sufahriadi kini menjabat sebagai Widyaiswara Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri.
Neta S Pane menilai, pencopotan itu mengorbankan Irjen Nana Sudjana, sehingga membuatnya tercoret dari bursa Kapolri.
"Ketika Pak Jokowi berteriak marah barulah ada tindakan, yang dikorbankan adalah Nana yang notabene ‘Geng Solo’," tutur Neta S Pane.
Padahal, menurut Neta S Pane, sebelum kepulangan Rizieq Shihab ke Tanah Air, Irjen Nana Sudjana mendapat pesan agar bertindak secara persuasif.
Saat di lapangan, Neta S Pane melihat ada anggota Brimob yang berjaga.
Namun, Neta S Pane berpandangan, pesan tersebut diduga yang membuat Irjen Nana Sudjana tak mengambil langkah signifikan.
"Ketika Habib Rizieq mau datang, Pak Nana itu mendapat WA dari pimpinan kepolisian supaya persuasif. Sehingga sangat wajar kalau Kapolda Metro juga tidak melakukan langkah-langkah yang signifikan karena ada perintah persuasif," tuturnya.
"Perang geng"
Neta S Pane menengarai ada perang bintang di tubuh Polri saat ini.
Ini berkaitan dengan kutub yang disebutnya sebagai "geng".
"Ada geng Solo, ada geng Pejaten, ada geng Makassar, ada geng Independen," kata Neta S Pane dalam tayangan program AIMAN di Kompas TV, Senin (30/11/2020).
Mantan jurnalis yang puluhan tahun meliput di kepolisian ini menjelaskan, geng Solo terkait dengan pejabat polisi yang pernah bertugas di Solo, terutama saat Presiden Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Lalu geng Pejaten (merujuk pada Kantor Badan Intelijen Negara) adalah pejabat polisi yang merupakan anak asuh Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan.
Sementara geng Makassar atau kutub Sulawesi mengacu pada Pejabat polisi yang berasal dari daerah Sulawesi.
"Orangnya Idham Azis, Syafruddin mantan Wakapolri, dan JK (Jusuf Kalla)," kata Neta S Pane.