Debat Pilkada Makassar
Debat Kedua Lebih Hidup, Pengamat Politik Unhas: Terlalu Banyak Pertanyaan Memojokkan
Namun, lanjut Lukman, suasana panggung penuh dengan pertanyaan yang saling memojokkan.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Lukman Irwan menonton debat kedua Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar 2020 selama 2 jam 30 menit.
Menurutnya, secara umum debat kedua lebih hidup. "Lebih penuh dengan gairah di antara 4 paslon dibanding debat pertama," kata Lukman via telepon, Selasa (24/11/2020) malam.
Namun, lanjut Lukman, suasana panggung penuh dengan pertanyaan yang saling memojokkan.
"Yang akhirnya ada beberapa pertanyaan antar paslon tak dijawab tuntas setiap paslon," ujarnya.
"Hal Ini menjadi catatan KPU diharapkan jawaban paslon sesuai dengan pertanyaan panelis. Ataupun tanggapan dari paslon dengan paslon lainnya, yang fokus pada tanggapan paslon. Sehingga tidak melebar dan tetap pada substansi pertanyaan," jelas Dosen Ilmu Politik Unhas itu.
Terkait penampilan empat paslon, masih lebih banyak narasi tak produktif.
"Seharusnya paslon mampu mem-breakdown (menyimpulkan) secara teknis, ketika nanti terpilih proker akan diimplementasikan dengan pendekatan atau logika seperti apa sehingga realistis di tengah pemilih," ujarnya.
Lukman belum melihat, program strategis paslon rentan 3 bulan.
"Meski tadi paslon nomor 3 sedikit menyinggung program 100 hari, namun harus didetailkan lagi," katanya.
Lukman pun berharap, debat berikutnya, paslon mampu mengurai masalah yang dihadapi masyarakat kota sesuai kontur wilayah di setiap kecamatan.
"Antara kecamatan Panakkukang Tamalanrea dan Kepulauan Sangkaraang permasalahan masyarakatnya berbeda-beda," ujarnya.
"Kita harapkan, paslon mampu menyusuaikan tema debat dengan masalah yang ada, kemudian mencari solusi dalam bentuk proker, berdasar basis kontur per kecamatan," jelasnya.