Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

3 Kandidat Vaksin Covid-19 dalam Proses Uji Klinis, Berapa Bocoran Harganya?

Ada tiga kandidat vaksi Covid-19 yang sedang dikembangkan. Ketiga vaksin tersebut pun telah menjalani uji klinis tahap 3. Berapa harganya?

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
istimewa
3 Kandidat Vaksin Covid-19 dalam Proses Uji Klinis, Berapa Bocoran Harganya? 

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Perjalanan virus corona atau covid-19 sudah hampir mencapai setahun.

Para ahli dan perusahan farmasi tak tinggal diam.

Semuanya yang berasal dari berbagai dunia terus berupaya menemukan vaksin jitu menangkal virus ini.

Sederet vaksin pun telah dibuat, namun hanya beberapa saja yang diklaim mampu menangkal .

Upaya ini dilakukan untuk  mengakhiri pandemi yang terjadi.

Dilansir dari Tribunnews.com, pengembangan vaksin membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Vaksin harus melalui uji klinis tiga tahap, kemudian mendapatkan persetujuan setelah terbukti aman dan efektif.

Sejauh ini, beberapa vaksin yang dikembangkan sejumlah perusahaan menunjukkan hasil cukup baik dalam uji coba klinis fase 3.

Bahkan, diklaim keefektifannya mencapai lebih dari 90 persen.

Setiap perusahaan mempunyai kisaran harga jual untuk masing-masing calon vaksin buatannya.

Berikut harga yang akan dipatok untuk tiga vaksin Covid-19 yang tengah menjalani uji klinis tahap 3:

1. Moderna

Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna, bekerja sama dengan National Institutes of Health mengembangkan vaksin corona, dengan nama mRNA-1273.

Dilansir CNA, Minggu (22/11/2020), harga vaksin dibanderol perusahaan antara 25 hingga 37 dollar AS atau setara Rp 354.125 hingga Rp 524.105 per dosisnya.

Sebelumnya, berdasarkan data sementara uji klinis tahap akhir, vaksin buatan Moderna diklaim mempunyai efektivitas mencapai 94,5 persen.

Vaksin ini bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, mRNA ke dalam sel manusia.

Vaksin Moderna diberikan dalam dua dosis, selang waktu empat minggu.

2. Sinovac

Dikabarkan Reuters, 16 Oktober 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Kota Jiaxing Timur mengatakan dua dosis kandidat vaksin CoronaVac diperkirakan akan menelan biaya 200 yuan atau setara Rp 421.408,75 per dosis.

Adapun, vaksinasi pada kelompok berisiko tinggi telah dimulai. Ratusan ribu orang telah diberi vaksin eksperimental dalam uji coba tahap akhir, sebagai bagian dari program inukulasi darurat pada Juli 2020.

Vaksin CoronaVac disebut mampu memicu respons imun yang cepat, tapi menghasilkan tingkat antibodi lebih rendah daripada orang yang telah pulih dari infeksi Covid-19.

Namun, otoritas China belum merilis rincian harga secara resmi vaksin Covid-19 potensial yang dikembangkan Sinovac Biotech.

Sementara itu, Bio Farma Indonesia telah mencapai kesepakatan untuk setidaknya membeli 40 juta dosis dari Sinovac, dengan biaya sekitar Rp 200.000 per dosis.

3. Pfizer dan BioNTech

Pfizer Inc yang bekerjasama dengan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech, telah setuju memasok 100 juta dosis ke Amerika Serikat.

Harga yang disepakati adalah 39 dollar AS atau setara Rp 552.435 untuk dua suntikan.

Artinya, per dosis vaksin Pfizer dihargai sekitar 19,50 dollar AS atau setara Rp 276.217, dengan opsi memasok 500 juta dosis di bawah ketentuan baru.

Dilansir New York Times, Pfizer dan BioNTech mengembangkan vaksin yang dinamai BNT162b2, dengan menggunakan m-RNA.

Pfizer dan BioNTech mengklaim kandidat vaksin yang dikembangkannya 95 persen efektif dan tidak memiliki efek samping serius.

Data menunjukkan vaksin tersebut dapat mencegah Covid-19 yang ringan dan parah.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Dilansir dari Tribun Solo, proses vaksinasi di Indonesia masih terus dikembangkan.

Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan meninjau proses simulasi vaksinasi dua hingga tiga kali lagi sebelum proses vaksinasi Covid-19 dilakukan.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Ketersedian Vaksin Corona Sebagai Awal Pemulihan Ekonomi, Jadi Bahasan di KTT G20

Hal Itu dikatakan Presiden dalam rapat terbatas Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi, di Istana Merdeka, (23/11/2020).

"Saya akan ngecek mungkin satu atau dua kali lagi sehingga nanti saat pelaksanaan betul-betul pada kondisi yang sudah sangat baik," kata Presiden.

Untuk diketahui pada Rabu pekan lalu (18/11/2020), Presiden meninjau simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat.

Menurut Presiden dalam simulasi yang ia tinjau beberapa waktu lalu, sudah berjalan baik.

Ia meminta simulasi dilakukan lagi agar pada saat vaksinasi dilakukan berjalan aman dan lancar.

Selain simulasi, menurut Presiden  yang harus dipersiapkan dengan matang menjelang vaksinasi Covid-19 adalah distribusi vaksin ke daerah.

"Yang menurut saya paling penting agar perjalanan vaksin ke daerah ini bisa berjalan aman dan lancar," katanya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi bahwa vaksinasi Covid-19 akan dilakukan akhir tahun 2020 atau pada awal 2021.

Ia mengatakan butuh proses untuk melakukan vaksinasi, begitu vaksin tiba di Indonesia.

Satu di antaranya mendistribusikan vaksin ke wilayah-wilayah di Indonesia.

Presiden sendiri memprediksi vaksin tiba di Indonesia akhir November ini atau Desember mendatang.

"Ini yang tidak mudah, mendistribusikan vaksin itu tidak mudah," katanya pekan lalu.

Menurut Presiden, vaksin bukan barang biasa.

Vaksin memerlukan tempat penyimpanan khusus dengan suhu tertentu.

Belum lagi setiap jenis vaksin berbeda-beda derajat suhu penyimpanannya.

"Setiap vaksin dari produk yang berbeda memerlukan juga model distribusi yang berbeda. inilah yang apa terus kita siapkan agar nanti ke daerah-daerah juga segera mendapatkan vaksin dan vaksinnya juga tidak rusak," pungkasnya.

Kemenkes Instruksikan Rumah Sakit Tambah Fasilitas Isolasi Guna Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menginstruksikan rumah sakit untuk menambah fasilitas isolasi.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 akibat kerumunan massa yang terjadi dalam 2 minggu belakangan.

Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Abdul Kadir mengatakan fasilitas rumah sakit masih dapat menampung bilamana terjadi kenaikan pasien 20-50 persen.

“Fasilitas rumah sakit masih dapat menampung, karena ketersedian kapasitas RS mencapai 50 persen,” kata Abdul Kadir dalam konferensi pers, Minggu (22/11/2020).

Namun, bila lonjakan kasus positif Covid-19 mencapai 60-100 persen, maka Kemenkes menginstruksikan pada seluruh rumah sakit melakukan penataan tempat tidur dengan menambah fasilitas penangan pasien Covid-19.

Termasuk dengan menambah ruang isolasi hingga menambah ruang ICU.

Abdul Kadir memastikan sampai saat ini ketersedian obat dan peralatan masih mencukupi.

Karena itu, kemenkes mengimbau pada seluruh masyarakat tetap melakukan protokol kesehatan dengan tetap menjalankan 3 M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

“Ini penting bagi kita untuk memutus rantai penularan Covid-19, dan kita berdoa agar kita diberikan kesehatan,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui selain melakukan penanganan terhadap pasien positif covid-19 baik dengan gejala atau tanpa gejala.

Pemerintah lewat Satgas Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M yakni memakai masker, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga jarak.

Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia.

Karena itu, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Jelang Vaksinasi Covid-19, Presiden Jokowi Minta Simulasi Vaksin Terus Dilakukan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved