RSUD Syekh Yusuf
Sosok Risqilah Amran, Pegawai RSUD Syekh Yusuf Makamkan Pasien HIV/AIDS Tengah Malam di Gowa
Risqilah Amran yang menjabat sebagai Koordinator Pemulasan Jenazah Covid-19 dan Umum RSUD Syekh Yusuf ini mengurus jenazah pasien HIV/AIDS bersama tim
Pihak RSUD Syekh Yusuf kemudian berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gowa untuk mencari tahu keluarga pasien. Camat serta lurah se-Kecamatan Somba Opu dihubungi.
Namun tak satupun lurah yang mengenali pasien perempuan berumur sekitar 35 tahun itu.
Keadaan sempat runyam karena sang pasien rupanya tidak tenang dan mengamuk di ruang IGD RSUD Syekh Yusuf. "Pasien sering mengamuk," ujar Risqilah Amran.
Keadaan sang pasien rupanya memburuk. Hingga akhirnya pasien itu menghembuskan napas terakhir pada pukul 13:50 Wita, Sabtu (21/11/2020) siang.
Risqilah Amran pun kembali berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gowa untuk dilakukan pemakaman.
Ketika jenazah hendak dimandikan, Risqilah Amran mendapat kabar bahwa pasien itu adalah istri seorang warga di salah satu kelurahan di Kecamatan Somba Opu.
Didampingi sopir dan seorang petugas Dinas Sosial, Risqilah Amran mendatangi indekos pria yang diduga suami pasien tersebut pukul 21:00 Wita.
Salah satu tetangga yang ditemui Risqilah Amran membenarkan jika pasien itu adalah istri dari penghuni indekos tersebut.
"Tapi suaminya tidak mau akui, alasannya tidak ada keluarganya di sana. Tapi ada tengganya kecoplosan bahwa sudah setahuan lebih perempuan itu tinggal bersama," beber Risqilah Amran .
Tak ingin berdebat, maka Risqilah Amran pun kembali ke RSUD Syekh Yusuf. Ia tiba sekitar pukul 21:30 Wita. Selanjutnya ia memandikan jenazah itu lalu dibawa ke pemakaman.
"Kami berangkat pukul 22:16 Wita, sampai di kuburan Pukul 22:33. Selesai dikubur pukul 22:46," ujar Risqilah Amran.
Hal itu jadi pengalaman pertama bagi Risqilah Amran menguburkan jenazah di malam selarut itu.
Jumlah anggota tim yang turun ke kuburan berjumlah 11 orang. Terdiri lima laki-laki serta enam perempuan.
Seluruh petugas dilengkapi baju hazmat untuk menghindari penularan Virus HIV AIDS.
Sebelum pulang, mobil yang ditumpangi Kilah dan rekan-rekannya sempat diberhentikan oleh warga setempat di gerbang makam. Warga mengira jenazah itu adalah pasien Covid-19. Apalagi mereka tidak mengenal jenazah HIV AIDS itu.
"Tahan-tahan dulu. Warga dari mana, kenapa di sini dimakamkan," kata Risqilah Amran menirukan kata-kata warga tersempat.
"Iye Karaneg, tabe kodong. saya hanya jalankan perintah kodong. Ini bukan ji covid, pasti kami makamkan di macanda andai pasien Covid-19.(*)