RSUD Syekh Yusuf
Sosok Risqilah Amran, Pegawai RSUD Syekh Yusuf Makamkan Pasien HIV/AIDS Tengah Malam di Gowa
Risqilah Amran yang menjabat sebagai Koordinator Pemulasan Jenazah Covid-19 dan Umum RSUD Syekh Yusuf ini mengurus jenazah pasien HIV/AIDS bersama tim
TRIBUN-TIMUR.COM- Risqilah Amran (28) tiba-tiba menjadi perbincangan pemuda di Sulawesi Selatan.
Perempuan asal Kabupaten Gowa ini menjadi perbincangan di kalangan pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Selatan sejak, Sabtu (21/11/2020).
Risqilah Amran yang menjabat sebagai Koordinator Pemulasan Jenazah Covid-19 dan Umum RSUD Syekh Yusuf ini mengurus Jenazah HIV/AIDS Tanpa Keluarga di Gowa bersama timnya.
Risqilah Amran pun menceritakan kesedihan pasien karena tak ada keluarga yang mengakuinya. Pihak RSUD Syekh Yusuf juga sudah melakukan koordinasi ke alamat pasien tapi tidak ada yang mengakuinya.
“Hal yang membuat sedih sekali karena tidak ada keluarganya,” kata Risqilah Amran, Minggu (22/11/2020).
Risqilah Amran adalah pegawai yang setiap hari bekerja di RSUD Syekh Yusuf. Perempuan kelahiran 20 Januari 1992 ini masih berstatus sebagai pegawai tidak tetap.
Meski begitu, dia banyak mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Koordinator Pemulasan Jenazah Covid-19 dan Umum RSUD Syekh Yusuf.
Risqilah Amran adalah pengurus di KNPI Sulsel. Risqilah Amran menjabat sebagai Wakil Sekretaris.
Setelah melakukan berbagai konfirmasi ke lurah hingga camat, akhirnya pasien berjenis kelamin peremuan dengan umur 35 tahun itu dikuburkan tengah malam di Kuburan Bontorea, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sabtu malam.
Wakil Ketua KNPI Sulsel, Erwin Wijaya mengakui sudah membaca beritanya pertama kali di portal Tribun Timur.
“Saya baca isi beritanya. Luar biasa jiwa kemanusiaannya kakak Risqilah Amran. Angkat top!” katanya, Minggu malam.
Risqilah Amran menceritakan, jezanah penyakit HIV AIDS itu meninggal dunia pukul 13:30, Sabtu (21/11/2020) setelah empat hari dirawat di IGS RSUD Syekh Yusuf.

Ketika itu pasien berjenis kelamin perempuan itu diantar oleh salah seorang tetangganya ke IGD. Namun ia tinggal begitu saja di ruang IGD.
"Keluhannya lemas dan demam. Dia ditinggal tetangganya tanpa identitas dan keluarga," ujar Risqilah Amran.
Setelah dilakukan pemeriksaan intensif, belakangan diketahui ternyata sang pasien mengidap penyakit HIV AIDS. Keluarganya tak kunjung datang.
Pihak RSUD Syekh Yusuf kemudian berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gowa untuk mencari tahu keluarga pasien. Camat serta lurah se-Kecamatan Somba Opu dihubungi.
Namun tak satupun lurah yang mengenali pasien perempuan berumur sekitar 35 tahun itu.
Keadaan sempat runyam karena sang pasien rupanya tidak tenang dan mengamuk di ruang IGD RSUD Syekh Yusuf. "Pasien sering mengamuk," ujar Risqilah Amran.
Keadaan sang pasien rupanya memburuk. Hingga akhirnya pasien itu menghembuskan napas terakhir pada pukul 13:50 Wita, Sabtu (21/11/2020) siang.
Risqilah Amran pun kembali berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gowa untuk dilakukan pemakaman.
Ketika jenazah hendak dimandikan, Risqilah Amran mendapat kabar bahwa pasien itu adalah istri seorang warga di salah satu kelurahan di Kecamatan Somba Opu.
Didampingi sopir dan seorang petugas Dinas Sosial, Risqilah Amran mendatangi indekos pria yang diduga suami pasien tersebut pukul 21:00 Wita.
Salah satu tetangga yang ditemui Risqilah Amran membenarkan jika pasien itu adalah istri dari penghuni indekos tersebut.
"Tapi suaminya tidak mau akui, alasannya tidak ada keluarganya di sana. Tapi ada tengganya kecoplosan bahwa sudah setahuan lebih perempuan itu tinggal bersama," beber Risqilah Amran .
Tak ingin berdebat, maka Risqilah Amran pun kembali ke RSUD Syekh Yusuf. Ia tiba sekitar pukul 21:30 Wita. Selanjutnya ia memandikan jenazah itu lalu dibawa ke pemakaman.
"Kami berangkat pukul 22:16 Wita, sampai di kuburan Pukul 22:33. Selesai dikubur pukul 22:46," ujar Risqilah Amran.
Hal itu jadi pengalaman pertama bagi Risqilah Amran menguburkan jenazah di malam selarut itu.
Jumlah anggota tim yang turun ke kuburan berjumlah 11 orang. Terdiri lima laki-laki serta enam perempuan.
Seluruh petugas dilengkapi baju hazmat untuk menghindari penularan Virus HIV AIDS.
Sebelum pulang, mobil yang ditumpangi Kilah dan rekan-rekannya sempat diberhentikan oleh warga setempat di gerbang makam. Warga mengira jenazah itu adalah pasien Covid-19. Apalagi mereka tidak mengenal jenazah HIV AIDS itu.
"Tahan-tahan dulu. Warga dari mana, kenapa di sini dimakamkan," kata Risqilah Amran menirukan kata-kata warga tersempat.
"Iye Karaneg, tabe kodong. saya hanya jalankan perintah kodong. Ini bukan ji covid, pasti kami makamkan di macanda andai pasien Covid-19.(*)