Biden Menang Pilpres Amerika, Trump Terjungkal, AM Sallatu: Selat Makassar Akan Lebih Kondusif
Selat Makassar akan menjadi jalur alternatif armada Amerika bila ketegangan memuncak di sekitar Laut China Selatan (LCS).
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hasil Pilpres Amerika hari ini semakin jelas. Joe Biden menang Pilpres Amerika, incumbent Donald Trump kalah. Trump terjungkal.
Hitungan cepat The Associated Press (AP), Jumat (6/11/2020) sore, Biden telah mendapatkan lebih dari 270 electoral college sebagai syarat memenangi Pilpes Amerika 2020.
Biden hingga Jumat (6/11) sekira pukul 17.30 waktu setempat mendapatkan suara lebih banyak dari calon presiden dari Partai Republik Donald Trump di negara bagian Georgia.
Suara Biden dan Trump saling kejar di Georgia. Bahkan Biden unggul tipis, yakni sekira 917 suara seperti disebutkan hitung cepat versi The Associated Press. Biden mendapatkan 2,449,371 suara, sementara Trump mendapatkan 2,448,454 suara dari total 99% penghitungan.
Penambahan suara ke pundi-pundi Biden cukup meyakinkan. Sebelum Jumat tengah hari, selisih keduanya masih di kisaran 2.000 suara. Sekitar pukul 15.00 WIB selisihnya mengecil menjadi sekitar 600 suara, dan hingga sekira 16.30 WIB Biden unggul 917 suara.
Kemenangan Joe Biden membawa angin segar bagi Indonesia, termasuk Sulsel.
Joe Biden dan Donal Trump sama-sama mengklaim memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Hingga pukul 00.15 wita, Kamis (5/11/2020) dini hari tadi, Biden masih memimpin hasil perhitungan suara sementara.
Ekonom Senior Sulsel, AM Sallatu, mengatakan, jika Biden yang memenangkan Pilpres AS, perhatiannya akan lebih besar ke kawasan Arabic. Itu berarti dari sisi geopolitik, keamanan di Asia Tenggara akan relatif kondusif, termasuk Selat Makassar.
Menurut AM Sallatu, Selat Makassar akan menjadi jalur alternatif armada AS bila ketegangan memuncak di sekitar Laut China Selatan (LCS). Dan ketegangan itu dipastikan akan memuncak jika Trump yang terpilih lagi.
“Belum ada data yang memperlihatkan bahwa Sulsel mampu memanfaatkan peluang ekonomi yang tersedia dalam hubungan AS-Indonesia. Prioritas Sulsel adalah investasi. Tapi dalam kaitan AS, saya anggap investornya lebih rasional dalam perspektif ekonomi,” jelas AM Sallatu yang juga Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI).
Baca selengkapnya penjelasan AM Sallatu terkait Pilpres Amerika dan pengaruhnya ke Indonesia:
Sulsel secara ekonomi dan secara politik belum signifikan secara nasional. Indonesia, dengan dua substansi di atas, juga demikian di mata Amerika Serikat (AS). Tapi tidak demikian sebaliknya. AS penting bagi Indonesia termasuk bagi Sulsel tentunya. Bila mencoba meraba secara geopolitik,
Trump yang fenomenal itu dalam mengemban kebijakan dan kepentingan negaranya, tampak jelas menaruh perhatian besar terhadap Laut Cina Selatan (LCS), dalam perseteruan antara AS dan China.
Dalam kaitan itu, Selat Malaka dan Selat Sunda sejauh ini alur yang strategis. Padahal ada juga Selat Makassar yang cukup strategis dalam perimbangan kekuatan keamanan di LCS.
Saat kejatuhan rezim Orba yang lalu, diberitakan bahwa ada armada AS (dan juga Australia sebagai mitra AS) yang siaga di sekitar Jatim dan Bali untuk mengamankan warganya bila kondisi keamanan di Indonesia tidak terkendali.
Ternyata Pak Harto secara damai meletakkan jabatan Presiden RI. Tapi gambaran ini bisa memperlihatkan bahwa setidaknya Selat Makassar bisa menjadi alur alternatif bila ketegangan memuncak di sekitar LCS.
