Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Muhammad Sang Nabi Cinta

OPINI: Muhammad Sang Nabi Cinta oleh Syamsul Arif Galib Pengajar Studi Agama-Agama di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin

Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Syamsul Arif Galib Pengajar Studi Agama-Agama di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin 

Bentuk kompromi ini sebagai lawan dari Theological Compromise (kompromi teologis).

Secara teologis Nabi tentu tidak akan setuju dengan pandangan tologis mereka, namun secara sosial, ada hal-hal yang dapat dikompromikan.

Nabi sebagai Suri Tauladan Dewasa ini, dalam kenyataannya, Nabi Muhammad adalah sosok yang banyak didiskusikan dan juga banyak disalahfahami.

Pun demikian oleh penganutnya sendiri. Nabi hanya dikenali melalui angka. Diingat tanggal kelahirannya, di usia berapa dirinya menjadi Rasul, di usia berapa Beliau kembali, berapa perang yang diikutinya, dan begitu banyak angka-angka lainya.

Pengenalan Nabi dengan angka seperti ini bukan tidak penting, namun Nabi bukanlah sekedar angka. Nabi adalah seorang suri tauladan.

Dia harus banyak dikisahkan. Terlalu banyak kisah kebaikan Nabi yang tidak terceritakan.

Detail-detail kisah itu terlupakan. Termasuk oleh ummatnya.

Padahal, pengetahuan dan pemahaman akan sikap dan pribadi Nabi selama hidupnya diyakini akan memunculkan model keberIslam yang penuh cinta kasih.

Pengenalan Nabi melalui kisah keteladanan menjadi sangat penting.

Hal itu membantu kita dalam membangun imajinasi dan gambaran yang tepat tentang Nabi Muhammad.

Annemarie Schimmel dalam bukunya, And Muhammad is His Massenger; The Veneration of the Prophet in Islamic Piety (1985) menulis dengan sangat apik tentang Nabiullah Muhammad dan bagaimana masyarakat memberikan penghormatan atasnya.

Bagi Schimmel, kebaikan hati dan cinta kasih Muhammad tertuju kepada semua mahluk.

Nabi mencintai anak-anak namun juga mencintai binatang.

Dalam ketiadaanya, Nabi tetap berusaha untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Muhammad adalah contoh nyata atas apa yang dalam tradisi Katolik disebut Nihil habentes, Omnia possidentes (As having nothing, yet possesing all things)-Tak mempunyai apapun, namun memiliki segalanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved