OPINI
Muhammad Sang Nabi Cinta
OPINI: Muhammad Sang Nabi Cinta oleh Syamsul Arif Galib Pengajar Studi Agama-Agama di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin
Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Dalam banyak kasus, Nabi selalu mengajak ummatnya untuk mau mendoakan penganiayanya dengan kebaikan dan kedamaian.
Jalur non kekerasan adalah jalan suci yang lahir dari sikap dan prilaku yang ditunjukkannya.
Begitulah adat kesopanan yang menjadikan banyak orang menjadi simpati atasnya.
Nabi Cinta Sebagai Nabi Cinta, Muhammad menunjukkan kecintaannya tidak hanya kepada ummat Islam namun juga dengan mereka yang berbeda iman.
Nabi membangun relasi yang baik dengan Yahudi dan Nasrani di Madinah.
Kecintaannnya akan kemanusiaan terlihat saat berkumpul dengan para sahabat lalu sekelompok Yahudi lewat dengan membawa mayat seorang Yahudi.
Nabi kemudian berdiri sebagai penghargaan. Salah seorang sahabat bertanya kenapa sang Rasul melakukan itu.
Sang Nabi menjawabnya dengan sebuah pertanyaan. Bukankah dia juga manusia? Jawaban itu menjadi penanda bahwa kemanusiaan adalah salah satu inti ajaran Rasulullah.
Nabi tidak hanya bertoleransi namun mengayomi, merangkul dan bahkan memberikan perlindungan.
Apa yang dilakukan Nabi melampui toleransi yang memiliki kecendrungan hanya pada pengakuan perbedaan.
Lebih dari itu, Seperti yang dituliskan oleh Craig Considine, dalam bukunya Muhammad Nabi Cinta (2018) seraya mengutip John Andrew Morrow yang menulis, The Covenants of the Prophet Muhammad, bahwa Nabiullah Muhammad adalah pembela utama keragaman.
Bagi Craig, apa yang dilakukan Nabi melebihi toleransi karena beliau justru merangkul perbedaan.
Hal itu terbukti dengan pemberikan perlindungan kepada iman yang berbeda baik dari kelompok Kristen Najran atau Penganut Agama Yahudi Banu Janbah di Teluk Aqabah. Nabi melindungi kedua kelompok ini meski secara keimanan mereka berbeda.
Apa yang dilakukan Nabi ini adalah bentuk kompromi yang dilakukan Nabi dengan mereka yang berbeda iman dengannya.
Kompromi Nabi ini dalam dalam Bahasa Juan Cole, penulis buku, Muhammad: Prophet of Peace Amid the Clash of Empires, adalah bentuk dari Social Compromise atau Kompromi sosial.