Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Teropong

Kolom Abdul Gafar: Janji !

Kata janji adalah sebuah ungkapan yang dapat menyenangkan hati dan pikiran kita. Apakah janji itu ditunaikan atau tidak, itu urusan lain

Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Abdul Gafar, Dosen Ilmu Komunikasi Unhas Makassar 

Teropong: Abdul Gafar, Dosen Ilmu Komunikasi Unhas Makassar

Janji !

Kata janji adalah sebuah ungkapan yang dapat  menyenangkan hati dan pikiran kita. Soal apakah janji itu  dapat ditunaikan atau tidak, itu urusan lain.

Menurut orang yang sudah berjanji,  untung sudah dijanji daripada tidak sama sekali.

Janji mengaitkan  orang yang berjanji dengan pihak yang dijanjikan.

Ada ‘barter’ yang harus disepakati ketika mengikat janji.

Ada ungkapan  mengatakan bahwa janji mudah diucapkan, namun akan sulit dilaksanakan kelak di kemudian hari.

Dunia kita penuh dengan janji-janji yang menebar pesona. Seseorang yang akan mengincar sebuah posisi jabatan misalnya, terbiasa mengumbar janji agar dapat terpilih.

Sudah dianggap lumrah janji yang terucapkan dengan untaian kata dan kalimat yang memesona kita.

Beberapa waktu lalu, ketika masa menjelang pemilihan eksekutif dan legislatif,  bahkan yudikatif selalu diiringi janji.

Ada semacam harapan yang dapat dicapai ketika sang pejanji ini terpilih kelak pada posisi yang diinginkannya.

Janji tersebar di semua kalangan masyarakat dan warganegara.

Boleh saja ia merupakan masyarakat sipil boleh juga mereka yang termasuk golongan ‘penguasa’ dengan segala atribut yang melekat di dirinya.

Begitu pula dalam banyak peristiwa, janji ini turut memainkan peranan yang penting, menegangkan, mencemaskan atau boleh jadi sebaliknya  menyenangkan.

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan terungkapnya kasus yang mencoreng nama baik institusi penegak hukum kita.

Seorang oknum jaksa yang juga turut terlibatkan didalamnya oknum kepolisian dalam kasus seorang buronan kakap.

Tindakan oknum ini karena dijanjikan sesuatu jika berhasil ‘menangani’ kasus sang buronan dengan ‘aman dan baik’.

Sebagai imbalannya, duit dalam jumlah milyaran akan dinikmati oleh sang ‘oknum’ di atas.

Uang telah membutakan mata keadilan yang mesti ditegakkan walaupun langit akan runtuh.

Komitmen sebagai penegak hukum telah lebur dalam ‘kemiskinan moral’ karena tuntutan materi dan kesenangan dunia yang tidak tertahankan.

Ada cerita dari mulut ke telinga tentang seorang yang ‘tertuduh’ sebagai pengedar sabu-sabu.

Seseorang itu berhasil disergap oleh beberapa orang yang memperkenalkan diri sebagai anggota kepolisian.

Setelah seseorang itu ditangkap, dibawalah berputar-putar untuk dimintai pengakuan siapa saja kelompoknya. Begitu pula pasar pelemparan  bisnis sabu-sabu yang dituduhkan kepadanya.

Rupanya seseorang itu tidak dibawa ke kantor anggota kepolisian itu, melainkan ke sebuah hotel.

Mungkin maksudnya agar seseorang itu ingin mengakui perbuatan yang dituduhkannya, namun hasilnya tidak dapat dibuktikan.

Seseorang itu ‘dijanjikan’ akan dibebaskan jika mau berterus terang tentang bisnisnya. Rupanya begini mungkin kerja ‘oknum’ dalam menggarap informasi.

Dunia kita ini aneh namun  nyata. Ketika seseorang ‘berseragam’ berhasil menunaikan tugasnya dengan baik, maka nama institusinya diikutkan dengan bangga.

Namun manakala sang orang berseragam itu melakukan sebuah perilaku ‘menyimpang’ dari etika sebagai aparat negara, berubahlah statusnya menjadi ‘oknum’. Tersangkalah sang oknum.

Sang oknum menjadi tersangka karena MELUPAKAN janjinya  ketika baru diterima menjadi  aparatur negara.

Betapa janji itu begitu hebat menghancurkan reputasi dan prestasi atau sebaliknya mengangkat seseorang hingga terkenal.

Seseorang yang terpilih menjadi pemimpin dalam tingkatan apapun selalu memulai dengan menjual janji.

Kalimat yang tersusun dalam janji dapat menentukan keterpilihan seseorang.

Berjanjilah dengan harapan-harapan besar. Pemilih mudah ‘ditipu’ oleh janji-janji muluk yang meninabobokkan.

Janji adalah utang yang mesti dibayar, begitu kata orang.

Banyak pemimpin yang ingkar janji sehingga bergelar munafik.

Ciri seorang munafik adalah lain  yang dikatakan, lain pula yang dilakukannya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved