Tribun Maros
Kreatif, Pemuda di Leang-Leang Maros Buat Lukisan Bertema Prasejarah Leang-leang
Hal berbeda dilakukan oleh sekelompok pemuda di area Kawasan Wisata Taman Prasejarah Leang-leang, Kelurahan Kalabirang, Kecamatan Bantimurung
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Sudirman
TRIBUNMAROS.COM, BANTIMURUNG - Jika umunya seni lukis dilakukan menggunakan media kanvas atau kertas.
Hal berbeda dilakukan oleh sekelompok pemuda di area Kawasan Wisata Taman Prasejarah Leang-leang, Kelurahan Kalabirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
Pergerakan pemuda yang dimotori Muslimin ini, memilih papan kayu jati dan tripleks sebagai media lukisan relief peninggalan prasejarah yang ditemukan di gua-gua sekitar Leang-leang.
Penggerak Forum Pemuda Kreatif Sampeang (FPKS), Muslimin menjelaskan, para pemuda di kampungnya diajari cara membuat lukisan bertemakan rock art.
Karena lokasi mereka berada di Taman Prasejarah Leang-leang, maka mereka memfokuskan diri untuk melukis beberapa temuan lukisan yang terdapat di dinding gua peninggalan manusia prasejarah.
Lukisan yang mereka buat tersebut dilakukan dengan cara dibakar.
Muslimin mengaku, kegiatan melukis di atas kayu jati dan tripleks ini sudah digelutinya kurang lebih setahun.
Diakuinya, lukisan dengan cara dibakar menggunakan kayu dan bahan solder bakar ini bukanlah yang pertama dilakukan di Indonesia.
Karena pada dasarnya mereka sendiri belajar dari berbagi sumber refrensi untuk ditonton.
Hanya saja, apa yang mereka lukis tersebut bisa dikatakan tidak ada samanya dengan pelukis lain di Maros.
Karena mereka mengusung tema lukisan penemuan peradaban manusia di masa lampau.
"Yang dilukis ini rock art, sebuah gambar menyerupai yang ada di Kawasan wisata prasejarah, makanya kita fokus dengan yang berbau rock art atau lukisan dinding gua," ujarnya, Minggu (14/9/2020).
Selain itu, keresahan teman-temannya yang sering berkumpul terpikir membuat sesuatu karya yang bernilai ekonomi.
"Apalagi di masa pandemi ini, sama sekali tidak ada pemasukan," jelasnya
Sehingga mereka belajar dengan secara otodidak untuk membuat lukisan bakar ini.
"Kami yang tergabung di perkumpulan FPKS ini berjumlah sekitar 10 orang. Kami mulai berkreasi membuat lukisan, yang difokuskan dengan tema prasejarah yang berasal dari masa lampau," jelasnya.
Muslimin mengatakan, untuk sebuah lukisan bakar dengan ukuran 30cm×20cm mampu diselesaikan dalam dua hari.
Itu sudah termasuk membingkai lukisan dan siap dikirim ke tempat orang yang memasannya.
"Kalau diseriusi, setiap lukisan itu bisa dikerjakan dalam dua hari saja sampai selesai. Termasuk membingkainya," katanya
Meski terbilang rumit dalam pengerjaannya, bukan berarti mereka mematok harga tinggi untuk sebuah lukisan bakar tersebut. Muslimin mengaku satu buah lukisan itu dihargai sekitar Rp150 ribu.
Sementara itu, selama masa pandemi ini, mereka terpaksa hanya bisa mempromosikan lukisan bakarnya melalui sosial media.
Pasalnya sejak awal pandemi, taman wisata prasejarah Leang-leang belum dibuka untuk umum.
"Kedepannya kami berencana akan membuka galeri art di Taman Prasejarah Leang-leang. Namun karena adanya pandemi, jadi kami hanya bisa mempromosikan melalui sosial media," tutupnya.
Laporan Tribunmaros.com,M Ikhsan