Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

ASP Minta Polair Polda Sulsel Tarik Personelnya di Pulau Kodingareng

Sesampai di pulau, rombongan personel yang diperikrakan sekitar 30an orang itu berpencar di tiap lorong.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TIMUR/MUSLIMIN EMBA
Personel Polair tiba di bibir pantai Pulau Kodingareng, Minggu (13/9/2020) siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Puluhan personel Polairud Polda Sulawesi Selatan mendatangi pulau kodingereng dengan dalih silaturahmi dengan nelayan, Minggu (13/9/2020) siang.

Rilis yang diterima dari Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) Muhaimin Arsenio, mereka (personel Polair) berada di pulau kodingereng Lompo diperkirakan pukul 14.40 Wita.

Sesampai di pulau, rombongan personel yang diperikrakan sekitar 30an orang itu berpencar di tiap lorong.

Mereka menyisir setiap RT/RW dengan senjata lengkap ditangannya.

"Rombangan ini bukannya datang berdiskusi dengan nelayan, tapi mengincar beberapa nelayan yang menolak tambang pasir laut oleh kapal Queen of Netherlands (Boskalis)," tulis Muhaimin Arsenio dalam rilisnya.

Tercatat, kata Muhaimin Arsenio, sebanyak sembilan nelayan Pulau Kodingareng Lompo dicari dalam penyisiran itu.

Diperkirakan, 3 jam lebih rombongan ini mencari nelayan.

Pada pukul 15.35 Wita, pihak Polair melakukan rapat di rumah H Musdin (salah satu juragan) dengan melibatkan beberapa RT/RW.

"Berdasarkan keterangan warga/nelayan, ada rencana penangkapan paksa oleh polairud terhadap nelayan yang menolak tambang pasir laut, ujar Muhaimin Arsenio.

Sekitar pukul 16.15 Wita, salah satu kediaman orang tua (mertua) nelayan yang diincar didatangi sekitar tiga personil Polair, karena dianggap tempat persembunyian nelayan yang diincar.

Personel Polair pun dikabarkan menggeledah lemari pakaian milik mertua nelayan yang diincar tanpa seizin pemilik rumah dengan dalih mencari alat bukti.

Pada pukul 17.44 Wita, beberapa rombongan polairud meninggalkan pulau.

Namun, beberapa keterangan warga, namun ada beberapa personil Polair yang masih menetap di Pulau Kodingareng Lompo hingga saat ini.

Kondisi saat ini, warga merasa terintimidasi dengan tindakan penggeledahan yang dilakukan personel Polairud. Keberadaan personel polairud sangat mempengaruhi psikologi warga.

"Dengan alasan ini, kami mendesak Dit Polairud Polda Sulsel untuk segera menarik semua personilnya di pulau. Keberadaan mereka sangat meresahkan warga atau nelayan yang menolak tambang pasir laut," pinta Muhaimin Arsenio.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved