Persahabatan Sejati Jusuf Kalla dan Jakob Oetama hingga Pak JO Tak Mau SBY - JK Pisah
Mantan Wakil Presiden Indonesia selama dua periode, Jusuf Kalla (78) punya cerita dan kenangan menarik tentang sahabatnya dengan Jusuf Kalla
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Wakil Presiden Indonesia selama dua periode, Jusuf Kalla (78) punya cerita dan kenangan menarik tentang sahabatnya, pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama.
Jusuf Kalla dan Jakob Oetama berinteraksi dan bersahabat sejak 40 tahun silam.
Usia mereka selisih 10 tahun, Jakob Oetama lebih tua.
Persahabatan dengan Jakob Oetama bahkan dibina saat Jusuf Kalla masih lebih banyak beraktivitas di Makassar, Sulawesi Selatan, kota asalnya.
Bagi Jusuf Kalla, meninggalnya Jakob Oetama tak hanya menyisakan duka bagi Bangsa Indonesia, tapi dirinya secara pribadi.
"Bukan saja Kompas yang berduka, tapi bangsa ini juga. Beliau tokoh yang punya banyak sisi, sisi jurnalis senior, budayawan, pemersatu Bangsa Indonesia," ujar Jusuf Kalla dalam kesempatan wawancara mengenang almarhum Jakob Oetama di Kompas TV, Rabu (9/9/2020).
Selain Jusuf Kalla, Husain Abdullah, jurnalis senior merangkap Juru Bicara Jusuf Kalla mengenang Jakob Oetama sebagai sosok dikagumi sejak dia masih duduk di bangku kuliah.
Dia merasa sangat kehilangan atas kepergian beliau menghadap kepada Yang Maha Pencipta.
"Sejak mahasiswa saya dan jurnalis di Makassar respek kagum dengan Pak JO ( Jakob Oetama ). Sampai sekarang kegaguman itu tak pernah luntur," kata Husain Abdullah, mantan Kepala Biro RCTI di Makassar.
Menurut Jusuf Kalla, banyak orang membicarakan sosok Jakob Oetama sebagai seorang wartawan handal dan pemimpin media besar di Indonesia.
Namun banyak orang kerap lupa, bahwa sosok Jakob Oetama bersama PK Ojong adalah orang yang berhasil membangun kelompok usaha yang bertahan hingga lebih dari setengah abad.
Sebagai sesama pengusaha, menurut Jusuf Kalla, dia melihat ada semangat entrepreuner yang dimiliki oleh Jakob Oetama.
"Satu yang barangkali yang kerap tidak dibicarakan di sini, dia seorang entrepreneur. Tak mungkin dia bisa membuat Kompas Gramedia sebesar ini tanpa semangat entrepreneur," ujar Jusuf Kalla.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini mengenang, persahabatannya dengan Jakob Oetama berlangsung sejak 40 tahun silam.
Jusuf Kalla mengakui bahwa Jakob Oetama dan Harian Kompas adalah pihak yang pertama kali memanggungkan namanya di level nasional.
"Saya dengan Pak Jakob sudah saling berinteraksi lebih dari 40 tahun. Tiap kali Kompas mengadakan diskusi ekonomi dulu, saya diundang dari Makassar untuk hadir untuk bciara perspektif Indonesia Timur. Saya bahkan pernah diminta menjadi host Kompas TV. Itu diminta langsung Beliau untuk memberi perspektif," ujar Jusuf Kalla.
Saat menjadi panelis rutin diskusi ekonomi Harian Kompas itulah, menurut Jusuf Kalla banyak yang kenangan yang diingat.
"Enak, karena saya selalu diongkosi dari Makassar dan diberikan honor pula, termasuk sudah bersih dari pajak," kata Jusuf Kalla terkekeh.
Bahkan saat menjadi tokoh nasional dan menjadi Wakil Presiden Indonesia, hubungan Jusuf Kalla dengan Jakob Oetama bertambah akrab.
Ada kalanya saat Jusuf Kalla berbicara di luar negeri mewakili Indonesia, dia meminta masukan dari Jakob Oetama.
"Kalau di luar negeri saya bicara keadaan nasional, saya minta saran Beliau juga. Bagaimana suasana nasional dapat jadi contoh untuk dunia internasional," katanya.
Husain Abdullah menceritakan kedekatan Pak JO ( Jakob Oetama ) dengan Pak JK ( Jusuf Kalla ).
"Saya sering ikut mengatur pertemuan Pak JK dengan Pak JK, di awal tahun 2000-an, hingga periode akhir Pak JK. Beliau hanya diskusi soal ekonomi. Kadang Pak JK ke kantor Kompas," ujar Husain Abdullah, seraya menambahkan Jusuf Kalla terpaksa membatalkan hadir di acara dies natalis Universitas Hasanuddin di Makassar, Kamis (10/9/2020), karena akan menghadiri proses pemakaman Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Andi Suruji, mantan Managing Editor Kompas dan kini jadi Pemimpin Umum Tribun Timur, juga menyebut kedekatan Pak Jakob dengan Pak JK.
"Pak JO sangat sayang Pak JK. Saya saksinya. Waktu running pisah Pak SBY, setiap hari Pak JO telepon saya menanyakan Pak JK. Beliau sangat menyayangkan mereka berdua pisah. Bagi JO, keduanya ( SBY-JK ) adalah pasangan serasi dan sinergi secara otomatis dan mekanis. Satu gas, satunya rem. Harmonis jadinya. Begitu beliau bilang ke saya," ujar Andi Suruji, yang hampir 25 tahun jadi jurnalis Kompas.
Jusuf Kalla pun mengenang bagaimana sosok Jakob Oetama menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa.
Jakob Oetama di mata Jusuf Kalla adalah orang yang selalu ingin menjaga keindonesiaan tetap utuh.
Lantas bagaimana saat Kompas mengritik pemerintahan ketika Jusuf Kalla menjadi bagian di dalamnya.
Jusuf Kalla selalu mengingat gaya Kompas dalam mengritik pemerintah.
Dia mengistilahkan gaya Kompas dalam mengritik pemerintahan dengan istilah mengritik tanpa menampar.
"Gaya Kompas kan sudah tahu, mengritik tanpa menampar. Jadi orang nanti, beberapa waktu kemudian baru merasa dikritik, selalu kita mengatakan, oh ya. Jadi, mengritik tanpa menampar itu tidak mudah. Orang tidak kehilangan rasa malu. Kompas kalau mengritik secara positif dan memberi solusi," kata Jusuf Kalla.
Jokowi: Saya sungguh kehilangan, almarhum tokoh bangsa
Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi mengucapkan dukacita atas meninggalnya Jakob Oetama.
"Saya sungguh-sungguh merasa kehilangan atas kepergian Bapak Jakob Oetama, hari ini, Rabu 9 September 2020. Almarhum bukan sekadar seorang tokoh pers, pendiri dan pemimpin surat kabar Harian Kompas atau Kelompok Kompas Gramedia, tapi adalah tokoh bangsa ini," kata Jokowi dalam akun media sosialnya.
Jokowi menilai Jakob Oetama sebagai seorang jurnalis dengan semangat juang dan daya kritis yang tinggi.
Ia menambahkan, sosok Jakob Oetama memiliki pandangan yang senantiasa bernuansa kemanusiaan.
Ia pun mengenang sosok Jakob Oetama sebagai tokoh yang selalu menyampaikan pandangan dan kritiknya itu dalam bahasa yang halus dan santun.
"Selamat jalan Pak Jakob Oetama. Terima kasih untuk warisan kebajikan dan jasa almarhum untuk dunia pers dan bangsa ini," tulis Jokowi.
"Semoga segala amal pengabdian almarhum mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan segenap keluarga yang ditinggalkannya tetap kuat dan tabah," lanjut Presiden.
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931.
Almarhum wafat pada usianya yang memasuki 88 tahun.(*)