Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jaringan Telkomsel

Usaha Lancar, Berkabar dari Tanah Rantau pun Lancar Berkat Sinyal Telkomsel yang Andal

Sudah belasan tahun ia menikmati udara Mamuju. Memutuskan merantau dari tanah kelahirannya Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/yudhie
Karyawan CV Citra Karya Advertising di Mamuju, Sulawesi Barat sedang mengerjakan pesanan huruf timbul, beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Merantau bukanlah sesuatu hal yang mudah. Kala itu, diusianya yang cukup muda, 24 tahun, A Wahyu Setiawan memutuskan hijrah ke wilayah yang baru berkembang.

Berat meninggalkan keluarga di Makassar, tapi ia seorang laki-laki. Baginya, ia harus belajar bertanggung jawab.

Ia harus mandiri demi keberhasilan hidup meski harus jauh dari keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.52 Wita. A Wahyu Setiawan (37) tampak bersantai di teras rumahnya di kawasan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Di atas meja tepat di sampingnya, terhidang segelas kopi menemani 'ritual' wajibnya itu sebelum beristirahat malam.

Sudah belasan tahun ia menikmati udara Mamuju. Memutuskan merantau dari tanah kelahirannya Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Keputusannya untuk merantau tak sia-sia. Meski harus melalui yang namanya jatuh bangun, kini ia bisa berpenghasilan dari usaha percetakan dan reklame yang ia rintis 2007 lalu.

Bahkan dari usaha yang diberi nama CV Citra Karya Advertising itu, ia kini mampu membantu ekonomi orang lain dengan mempekerjakan tiga karyawan.

Kepada tribun-timur.com, Selasa (25/8/2020) ia menceritakan pengalamannya mencari peruntungan di kampung orang. Momen yang jadi pengalaman hidup yang tak bisa ia lupakan.

Karyawan CV Citra Karya Advertising di Mamuju, Sulawesi Barat sedang mengerjakan pesanan huruf timbul, beberapa waktu lalu.
Karyawan CV Citra Karya Advertising di Mamuju, Sulawesi Barat sedang mengerjakan pesanan huruf timbul, beberapa waktu lalu. (dok pribadi/yudhie)

Berbekal keberanian dan keyakinan, Yudhie, begitu ia disapa, memberanikan diri melangkah ke Mamuju.

Ia hanya melempar senyum tipis saat ditanya soal modal yang ia bawa kala itu. Soal duit, ia mengaku pas-pasan sebatas ongkos kendaraan dan biaya makan untuk beberapa pekan.

Tak pula mengandalkan ijazah. Apalagi ia sadar, dengan hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), tentunya ia tak bisa bersaing dengan lulusan lebih tinggi untuk melamar pekerjaan di perusahaan.

Tapi memang bukan itu tujuannya jauh-jauh ke Mamuju. Bukan melamar pekerjaan disebuah perusahaan bonafit, melainkan ingin membangun usaha.

"Betul-betul modalnya itu cuma Bismillah. Kalau modal duit itupun saya harus kerja dulu di sini (Mamuju) baru bisa kumpul uang buka usaha," kenangnya.

Meski harus mengumpulkan modal terlebih dulu dengan kerja serabutan, ia rupanya sudah punya gambaran usaha seperti apa yang akan ia jalankan diperantauan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved