Andi Siti Nurhani Sapada
10 Tahun Haul Pencipta Tari Padduppa Almh Andi Siti Nurhani Sapada, Keluarga Berikan Beasiswa ke UNM
putri sulung almarhumah, Andi Tenri Sao Sapada menyerahkan bantuan beasiswa penyelesaian study kepada 5 mahasiswa di Fakultas Seni dan Desain (FSD).
Penulis: Alfian | Editor: Arif Fuddin Usman
Pada suatu kesempatan, Presiden Soekarno tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan bertanya, "Adakah tari daerah yang bisa saya nikmati?".
Mendengar pertanyaan itu, dengan cepat dan tanpa persiapan sama sekali ia meminjam pakaian adat Mandar, lalu menyuguhkan tari Pattuddu yang berasal dari daerah Mandar (kini Provinsi Sulawesi Barat).
Presiden Soekarno terkesan dan mengharapkan agar kiprahnya diteruskan dalam membina dan mengembangkan tari-tarian Sulawesi Selatan.
Sejak tahun 1950 hingga tahun 1965, setiap tahun ia selalu tampil di Istana Negara, memimpin tim kesenian/tari dari Sulawesi Selatan pada setiap rangkaian acara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Antara 1952 sampai 1985, ia mengolah, membina, dan menciptakan seni tari Sulawesi Selatan, di antaranya Pakarena, Pattuddu, Padendang, Bosara, Pabbekkenna Majjina, Pattennung, Dendang-Dendang, Pasuloi, Angina Mamiri, dan Tomassenga.
Adapun fragmen tari yang diciptakannya antara lain Sultan Hasanuddin, Pajjonga, Wetadampali Masala Olie, Saleppang Sampu dan Anak Rara.
Ia juga menggarap tari Pakduppa (tari menjemput tamu) yang dimainkan 300-an orang tatkala pembukaan Pekan Olahraga Mahasiswa tahun 1968 di Makassar.
Tahun 1962, ia mendirikan Institut Kesenian Sulawesi (IKS) untuk menawarkan pendidikan seni kepada putra-putri Indonesia agar lebih mengenal seni tari empat kelompok etnis di Sulawesi Selatan (Makassar, Bugis, Toraja, Mandar) serta mengatur dan menggelar beragam pertunjukan, khususnya tari dan musik daerah.
Melalui lembaga ini pula, Nani mencipta dan menggali tari-tari tradisional.
Banyak tari yang semula sudah terkubur, lantaran bubarnya kerajaan-kerajaan, digali dan digubah sampai menjadi tari yang berestetika tinggi.
Belasan tari tradisional Sulawesi Selatan yang sarat makna, lahir dari kerja keras dan permenungannya yang dalam.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ketika pemerintah mengirim tim kesenian ke Australia (1975), dua karyanya, tari Bosara dan Patten Nung ikut di tampilkan.
Pada awal tahun 1970-an ia menggarap karya besar dalam bidang musik dengan menampilkan sekitar 90 pemain kecapi dan suling bertajuk Simfoni Kecapi.
Selain itu ia juga memodifikasi instrumen kecapi menggunakan enam grip yang kini di Sulawesi Selatan dikenal sebagai Kecapi Anida (singkatan dari Andi Nurhani Sapada).
Kecapi ini mampu memainkan lagu-lagu dalam tangga nada diatonis. Tahun 1991, ia diundang ke Inggris dan Belanda untuk memberi ceramah tentang kostum tari dari Sulawesi Selatan.