Ekonomi Sulsel
BI Prediksi Ekonomi Sulsel Mulai Membaik Triwulan III dan IV 2020, Ada Indakator Positif
Kepala Group SP-PUR Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Endang Kurnia Saputra memprediksi ekonomi Sulsel membaik kuartal III 2020
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Group SP-PUR Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Endang Kurnia Saputra memprediksi ekonomi Sulsel membaik pada kuartal III 2020.
"Prediksi ekonomi Sulsel, kami harus mengupdate lagi. Triwulan III untuk ekonomi Sulsel diangka -2,3. Meski masih minus tapi sudah ada perbaikan dari kuartal II 2020 yang minus 3,87 persen," katanya, Senin (24/8/202.
Tapi angka sementara, lanjut Endang, karena BI harus liat survei lanjutannya.
"Konsumen dan dunia usaha mulai melihat optimisme. Indeks keyakinan konsumen meningkatkan saat ini setelah masuk kuartal III 2020. Kita harap triwulan ketiga juga sudah membaik," katanya.b
Endang mengatakan, perdagangan sudah mulai tumbuh.
"Semoga triwulan III dan IV sudah mulai positif, kita ingin Sulsel sudah mulai membaik. Sekarang semua bekerja keras," katanya.
Berapa likuiditas ke Sulsel?
"Sulsel dapat berapa? Itu bisa dilihat di DirjenPPR (Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko). Lihat saja alokasi APBD ke Sulsel, kurang lebih begitu likuiditas ke Sulsel," katanya.
"Misalnya, APBD Sulawesi Selatan itu Rp 20 triliun (di luar PAD) maka, itulah likuiditas pemerintah pusat ke Sulsel."
Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan likuiditas untuk mengakselerasi perekonomian sebesar Rp 651,54 triliun hingga Agustus 2020.Dalam rilis Minggu (23/8/2020), Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) melalui video conference.
"Likuiditas lebih dari cukup, ditopang operasi moneter yang ditempuh BI hingga Agustus 2020 di perbankan dan pasar uang Rp 651,5 triliun," kata Perry.
Perry menjelaskan kucuran likuiditas yang diberikan bank sentral termasuk penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp 480 triliun.
BI juga sudah membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana.
"Kami membeli ini sebagai bagian dukungan BI berkontribusi untuk negara kesatuan republik Indonesia," kata eks Deputi Gubernur BI itu.
BI sudah membeli SBN sebesar Rp 42,96 triliun. (*)