Accera Kalompoang
Pandemi Corona, Tradisi Accera Kalompoang Ditiadakan di Iduladha Kali Ini
Keputusan tersebut diambil karena wilayah Kabupaten Gowa masuk berstatus zona merah penyebaran Virus Corona.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Hasriyani Latif
Tradisi adat ini ditandai dengan pencurian 15 benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa dengan air yang suci di Istana Balla Lompoa, Jl KH Wahid Hasyim, Kecamatan Somba Opu.
Sebagai kegiatan yang sakral, seluruh peserta yang hadir memakai pakaian adat ke dalam Istana Balla Lompoa.
Laki-laki memakai jas tutup disertai lipak sakbe, songkok recca, serta badik di pinggang. Sementara perempuan memakai baju bodo'.
Benda puasa pertama adalah Solokoa atau Mahkota Raja. Bentuknya terbuat dari emas murni.
Bertahtakan berlian dan permata sebanyak 250 butir. Ukuran garis tengah 30 centimeter dengan berat 1768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki 5 helai kelopak daun.
Solokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yanh digunakan sebagai mahkota ketika pelantikan Raja. Solokoa ini berasal dari Raja Gowa 1 yakni Tumanurung pada Abad 14.
Kedua, Sudanga atau sebilah senjata sakti sejenis kalewang (sonri) dari besi putih, berhulu dan bersarung tanduk binatang berhias emas putih berlief geometris serta lilitan rotan. Adapun panjangnya berukuran 72 cm, lebar 4 cm dan 9 cm.
Sudanga ini milik Karaeng Bayo, suami Karaeng Tumanurunga Baieneyea ri Tamalatea sekitar abad XIII, kemudian menjadi atribut legitimasi saat prosesi penobatan raja berkuasa.
Ketiga, Ponto Janga-Jangaya atau gelang berbentuk Naga Melingkar sebanyak 4 buah, gelang ini berbentuk emas murni dengan berat 985,5 gram. Benda pusaka ini berasal dari Tumanurung.
Keempat, Kolara atau Rante Kalompoang berbahan emas murni. Terdapat 4 Kolara masing-masing panjangnya 51 cm, 55 cm, 55 cm, dan 49 cm dengan berat keseluruhan 2.182 gram.
Kelima, Tatarapang atau sejenis keris emas bertahta permata dan besi tua sebagai pelengkapnya. Dipakai dalam upacara kerajaan, keris ini sepanjang 51 cm, lebar 13 cm dan berat 9865 gram.
Keenam, Lasipo atau parang dari besi tua. Senjata sakti ini dipergunakan raja sebagai petanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan dikunjungi.
Panjang parang ini sepanjang 62 cm, dan lebar 6 cm. Parang ini berasal dari Kerajaan Nunukan.
Ketujuh, Matatombak, matatombak yang dimiliki kerajaan ada tiga jenis. Pertama, Tama Dakkaya adalah matatombak yang dapat dipergunakan sebagai senjata sakti pada masa Kerajaan Gowa.
Panjangnya 49 cm dan lebar 3 cm. Kedua, matatombak jinga yang terbuat dari besi hitam, berfungsi sebagai senjata sakti Kerajaan Gowa. Panjangnya 45 cm dan 3 cm.