Sosok Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Berdarah Indonesia, Keturunan Minang
Selama ini kita tidak tahu bahwa lagu resmi kebangsaan Singapura ternyata diciptakan oleh orang Minang.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Lagu ini kemudian ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Singapura, berjudul "Majulah Singapura".
Tahun 9 Agustus 1965 saat kemerdekaan Singapura, lagu Majulah Singapura dikumandangkan dalam lirik lagu Melayu.
Lagu tersebut awalnya digubah dalam kunci G mayor. Pada tahun 2001, lagu kebangsaan secara resmi dikumandangkan dengan kunci F mayor untuk mendapat "aransemen yang lebih megah dan mengilhami".
Lagu kebangsaan biasanya dinyanyikan pada upacara di sekolah-sekolah dan kamp angkatan bersenjata. Warga Singapura pun diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan tersebut pada perayaan nasional seperti Parade Hari Nasional.
Lirik lagunya membangkitkan semangat Singapura untuk terus maju, bersatu untuk cita-cita mulia.
"Majulah Singapura"//Mari kita rakyat Singapura//Sama-sama menuju bahagia//Cita-cita kita yang mulia//
Berjaya Singapura//Marilah kita bersatu//Dengan semangat yang baru//Semua kita berseru//Majulah Singapura
Majulah Singapura//Marilah kita bersatu//Dengan semangat yang baru//Dengan semangat yang baru
Semua kita berseru/Majulah Singapura//Majulah Singapura
Lagu-lagu ciptaan Zubir Said bervariasi mulai dari irama tradisional hingga soundtrack untuk perusahaan film Cathay Keris yang merupakan anak perusahaan dari Cathay Holding Organization.
Salah satu lagunya pada film Dang Anom memenangi penghargaan pada Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan di tahun 1962.
Setelah itu, tahun 1964 ia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut, setelah itu ia fokus mengajar seniman-seniman muda tentang musik. Ia telah membuat karya musik mencapai 1.500 judul, dan yang dipublikasikan mencapai 1.000 judul.
Lagu-lagu ciptaan Zubir Said yang terkenal, terutama di Singapura, antara lain, Sang Rembulan, Sayang Disayang, Cinta, Selamat Berumpa Lagi, Nasib Malang, Setangkai dan Kembang Melati.
Zubir tutup usia pada usia 80 tahun di Joo Chiat Place, Singapura, tepatnya pada tanggal 16 November 1987, setelah menderita penyakit lever. Ia dikubur di pemakaman Pusara Aman di Choa Chu Kang 56 Singapura.
Ia meninggalkan seorang istri, empat orang putri, dan seorang putra. Kehidupan Zubir Said dan semangatnya sebagai musisi, didokumentasikan dalam sebuah buku yang berjudul Zubir Said: His Songs.
Atas dedikasinya yang begitu tinggi di bidang musik si Singapura, Zubir dianugerahi beberapa penghargaan. Pemerintah Singapura amat menghargai jasa-jasanya.
Pada tahun 2004, patung Zubir pun dipajang di depan Istana Kampung Gelam, sebuah national heritage puak Melayu Singapura warisan abad ke-19.
Setiap tahun, pemerintah Singapura mengundang para wartawan termasuk dari Indonesia untuk mengunjungi istana tersebut.
