Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

CITIZEN REPORT

UMI Latih Desain Produk Kerajinan Bambu ke Warga Pulau Lakkang

Pulau Lakkang masuk wilayah Kecamatan Tallo Kota Makassar yang memiliki lahan tanaman bambu kurang lebih 1,5 ha.

Editor: Jumadi Mappanganro
Dokumen UMI
Ketua Tim PKM UMI Dr Naidah Naing ST MSi memberi pelatihan desan ke perajin bambu di Pulau Lakkang, Makassar, baru-baru ini. 

Pulau Lakkang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah.

Salah satu kekayaan sumberdaya alam berupa tanaman bambu yang dapat dijadikan bahan baku untuk kerajinan produk rumah tangga seperti aksesoris maupun perabotan seperti kursi, meja, dll.
Namun, pemanfaatan bambu sebagai komoditi sumber daya alam yang cukup potensil belum menjadi perhatian bagi masyarakat, sehingga produk bambu di pulau ini produksinya terbatas.

Bukan hanya itu, selama ini desainnya kurang diminati karena dianggap kuno dan harga jual sangat rendah.

Tim PKM UMI bersama perajin bambu di Pulau Lakkang, Makassar, baru-baru ini.
Tim PKM UMI bersama perajin bambu di Pulau Lakkang, Makassar, baru-baru ini. (Dokumen PKM UMI)

Masalah utamanya, kerajinan tersebut belum dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pengrajin bambu di Pulau Lakkang.

Dari perbincangan dengan para perajin bambu di Pulau Lakkang terungkap terbatasnya produksi dan desain kerajinan bambu yang kurang diminati pasar disebabkan antara lain:

1. Terbatasnya pengetahun desain produk dari para pengrajin bambu, di mana pengrajin hanya mengulang-ulang desain lama dari waktu-ke waktu.

Sehingga tidak ada pengembangan desain.

Dicopot Jadi Ketua Nasdem Bulukumba, TSY: Seharusnya Saya Ditendang Baik-baik

Hal ini berdampak pada bentuk dan ukuran disain yang tidak terstandar dan tidak mengikuti perkembangan, sehingga nilai jual rendah karena peminat yang membeli produk juga rendah.

2. Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang teknik memilih material bambu yang tepat sebagai bahan baku kerajinan yang memiliki kualitas yang tinggi yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan di pulau ini.

Karena dengan pemilihan material bahan baku bambu yang baik dan perlakukan bahan baku yang tepat akan menghasilkan peroduk kerajinan yang berkualitas.

3. Rendahnya kemampuan pengetahuan masyarakat akan cara mengawetkan bambu yang baik, tidak memakan waktu lama dan dapat dikerjakan dengan mudah.

Masyarakat selama ini hanya mengandalkan pengetahuan mengawetkan bambu secara tradisional, sehingga membutuhkan waktu paling sedikit 30 hari untuk bisa memanfaatkan bambu tersebut.

Hal ini tentu akan memperlambat proses produksi.

4. Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat pengrajin dalam hal konsep dan teknik finishing bambu agar menarik, memiliki nilai estetika tinggi, sehingga sesuai dengan trend yang berlaku di masyarakat.

Rendahnya kualitas finishing tersebut berakibat pada rendahnya minat masyarakat dalam membeli produk kerajinan bambu yang juga berakibat rendahnya permintaan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved