OPINI
Benteng Somba Opu, Paduan Kerajaan Gowa dan Bugis Luwu
Kerajaan ini mempunyai wilayah kemaritiman yang sangat luas. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Gowa dijadikan nama kabupaten.
Oleh: Muhammad Hasyim
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra UNM, Pendiri Kosakata Makassar, dan Dewan Kesenian Takalar
Ke arah selatan dari Kota Makassar, terdapat sebuah daerah bernama Gowa. Dahulu kala Gowa merupakan nama kerajaan terbesar di Sulawesi Selatan.
Kerajaan ini mempunyai wilayah kemaritiman yang sangat luas. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Gowa dijadikan nama kabupaten.
Di Kabupaten Gowa, tepatnya di Kecamatan Barombong, Kelurahan Somba Opu, dapat dijumpai sebuah situs bersejarah berupa benteng peninggalan Kerajaan Gowa.
Namanya Benteng Somba Opu.
Benteng ini merupakan benteng utama Kerajaan Gowa. Benteng ini didirikan Raja Gowa IX bernama Karaeng Tu Mapa’risi Kallonna.
• JPU Ajukan Kasasi Tanpa Salinan Putusan Hakim Kasus Dokter Malapraktik
Pada masa pemerintahan Raja Gowa X Tuna Pallangga Ulaweng, Benteng Somba Opu diperkuat dengan mendirikan dewata bastian dari batu dan bata dipersenjatai meriam.
Perbaikan dan pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Alauddin dan raja-raja setelahnya.
Pembangunan benteng ini bertujuan melindungi Somba Opu dari serangan Belanda. Benteng ini berbentuk persegi dengan luas sekitar 15 ha.
Sisi-sisi benteng ini berukuran 2 kilometer dengan tinggi sekitar 7-8 meter dan ketebalan 12 kaki. Di tiap bagian ujung benteng, terdapat pagar tinggi yang terbuat dari batu tanah liat.
Kala itu, Kota Somba Opu bertumbuh pesat dan menjadi setrum kekuasaan pemerintah sekaligus salah satu kota niaga yang sangat mashur di Asia Tenggara.
Hingga Benteng Somba Opu dihancurkan atau di bumihanguskan oleh kompeni Belanda pada tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit.
Pertempuran sengit itu antara Sultan Hasanuddin dan Belanda dalam perang Makassar.
Kejatuhan Benteng Somba Opu sekaligus merupakan kehancuran imperium Kerajaan Gowa.
Di dalam benteng ini, terdapat rumah adat dari berbagai suku yang berada di Sulawesi Selatan yakni suku Makassar , Mandar, Toraja dan Bugis.
Dalam lokasi benteng ini ada pula museum bernama Museum Karaeng Pattingaloang. Karaeng Pattingaloang merupakan nama seorang cendekiawan sekaligus negarawan yang hidup di masa Kerajaan Gowa.
• Kasus Pelakor ASN di Bantaeng, Jaksa: Bisa Dituntut 5 Tahun Penjara
Nama Karaeng Pattingaloang kemudian diabadikan sebagai nama museum sebagai bentuk penghormatan atas perannya dalam membangun Kerajaan Gowa.
Pemberian kata somba opu ini menarik untuk kita kaji. Ada dua kata Somba dan Opu.
Jika dicermati lebih teliti, secara etimologis istilah Somba Opu berasal dari dua kerajaan besar yang berbeda yaitu Kerajaan Gowa (Makassar) dan Kerajaan Bugis Luwu.
'Somba' adalah gelar Raja Gowa pertama yaitu Tumanurunga. Somba memiliki banyak arti. Di antaranya sembah, dihormati, dan dijunjung tinggi.
Kita mengambil sampel lain misalnya nama pahlawan nasional Sulawesi Selatan.
Dia seorang wanita bernaman Opu Daeng Risadju dan namanya dijadikan salah satu nama lapangan di Kecamatan Belopa, Kota Palopo.
Namun, menurut masyarakat Luwu, istilah 'Opu' memiliki sejarah yang panjang. Kata 'opu' bukanlah gelar melainkan sapaan yang berarti ayah dan orang yang di hormati bagi golongan bangsawan Luwu . Kata “opu” juga menjadi sapaan untuk pemimpin sebuah komunitas, seperti ucapan Opunna Ware.
'Opu' sepadan dengan kata 'puang' yakni sapaan untuk bangsawan Bugis. Juga sepadan dengan sapaan "Pong' untuk bangsawan Toraja.
Kalau kita cermati pemberian kata Bnteng Somba Opu muncullah pertanyaan mengapa benteng Kerajaan Gowa diberi nama Benteng Somba Ou dari dua kata yang diambil dari kerajaan Gowa dan kerajaan Luwu?
• Kades Cabul di Wajo Terancam Dipecat, Ini Kata Bupati dan Kadis PMD
Ada yang menarik sebenarnya untuk kita sama sama tuntaskan seluk beluk pemberiaan nama benteng ini.
Sampai hari ini tak satupun jurnal atau sejawaran yang bisa menjelaskannya tentang makna memberian Benteng Somba Opu.
Pada saat perang Makassar tahun 1666 , Bone, Buton dan VOS bersekutu. VOC yang dipimpin langsung oleh Cornelis Spelman di sinilah kejatuhan Benteng Somba Opu sekaligus merupakan kehancuran imperium Kerajaan Gowa.
Setelah itu pasukan gowa berhijrah dan melalukakan geriliya di daerah lain di antaranya pulau Jawa, Kalimantan dan beberapa kerajaan yang di negara lain.
Menurut analisa saya,Kerajaan Gowa dan Kerajaan Luwu mempunyai hubungan kekeluargaan yang baik dan erat pada zamannya .
Salah satu lontara Gowa disebutkan “keberanian ada di Gowa, kepandaian ada di Bone dan kemulian ada di Luwu (kompasiana.com) dan tentang persaudara ini dirangkai dengan satu kalimat.
“Somba ri Gowa, mangkau ri Bone, payunge ri Luwu, matasak ri Toraya dan pasanga ri Kajang," sungguh indah kalimat ini.
• Hasil FP1 MotoGP Spanyol 2020: Marc Marquez Tercepat, Valentino Rossi Tak Puas Soroti Hal Ini
Sebenarnya kerajaan yang di Sulawesi selatan ini mempunya hubungan baik sebelum masuknya VOC.
Semoga dengan adannya tulisan ini, para pakar sejarawan Sulawesi Selatan maupun masyarakat umum untuk menuntaskan makna dari pemberian kata Benteng Somba Opu yang dibuat oleh Raja Gowa IX bernama Karaeng Tu Mapa’risi Kallonna.
Ssemoga dengan tulisan ini tidak ada lagi peperangan antara organisasi daerah yang ada di kampus Makassar.
Terlepas dari sejarah pemberian nama Benteng Somba Opu, kita harus pikirkan dan berikan solusi upaya pelestarian Bangunan benteng Somba Opuitu sendiri.
Karena pada hari ini kondisinya memprihatinkan. Terkesan tidak terpelihara dengan baik
Maka dari itu mohon pihak pemerintah harus meliriknya dan sebab itu bukti peradaban yang ada di Sulawesi Selatan. (*)