Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Bandang Masamba

Kenapa Banjir Bandang Masamba Begitu Dahsyat? Begini Penjelasan Ahli dari Unhas

Longsor ini berpotensi membentuk bendungan alami sebagai titik awal terjadinya banjir bandang di Kota Masamba.

Editor: Muh. Irham
TRIBUN TIMUR/IVAN ISMAR
Kondisi Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) porak poranda, Selasa (14/7/2020). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan analisa awal mengenai penyebab bencana banjir bandang di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Senin (13/7/2020) lalu.

Analisa dilakukan melalui data citra DAS Baliase. Data yang dikumpulkan berupa beberapa longsor di pinggir Sungai Kula wilayah hulu.

Longsor ini berpotensi membentuk bendungan alami sebagai titik awal terjadinya banjir bandang di Kota Masamba.

Menurut Putri Fatimah Nurdin dari Tim Investigasi Laboratorium DAS Fakultas Kehutanan Unhas, dari segi geologi, DAS Baliase sangat didominasi oleh formasi granit kambuno (83,05%).

Formasi granit ini sifatnya kedap air. Saat curah huja tinggi, air masuk ke dalam tanah dan terakumulasi pada dasar bebatuan yang kedap air. Inilah yang menyebabkan terjadinya tanah longsor.

Dari hasil investigasi tersebut, dijelaskan pula bahwa dalam beberapa hari terakhir sebelum terjadinya bencana banjir bandang, terjadi gempa dengan titik episentrum di dekat Kota Masamba.

Kekuatan gempa yang tercatat yakni 3,2 SR. Gempa itu terus terjadi hingga 13 Juli 2020 atau beberapa saat sebelum banjir bandang terjadi.

Putri mengatakan, gempa-gempa kecil itu yang diduga menjadi pemicu terjadinya longsor selain tingginya curah hujan di daerah itu.

Dari hasil pantauan melalui satelit, Tim Investigas Fakultas Kehutanan Unhas mendapatkan gambaran bendungan alami.

Bendungan alami ini terjadi akibat longsor di hulu. Bendungan ini kemudian menahan air yang begitu banyak.

Tak lama kemudian, bendungan alami ini jebol. Celakanya, terjangan air dengan kekuatan dahsyat, mengarah ke Kota Masamba dan sekitarnya. Air kemudian tertahan di bendungan PDAM dan selanjutnya menghantam daerah-daerah lainnya.

Update Korban Tewas

Hingga malam tadi, jumlah korban tewas akibat bencana banjir bandang ini telah mencapai 19 orang.

“Pagi ditemukan 2 korban, dan tim kembali menemukan 3 orang, sehingga jumlah korban meninggal dunia mencapai 19 orang,” kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Makassar Rizal saat ditemui di lokasi, Rabu (15/7/2020).

Dia menambahkan, tiga jenazah yang kembali ditemukan sudah dievakuasi ke RSU Hikmah Masamba.

“Untuk jenazah kami serahkan kepada teman teman DVI Polri, karena masih ada 3 jenazah yang belum diidentifikasi di RSU Hikmah. Untuk satu korban sudah dikebumikan,” tuturnya.

Selain itu, petugas masih melakukan pencarian terhadap 23 orang dilaporkan hilang.

“Untuk korban yang sebelumnya terdata 56 orang setelah dikoordinasikan dengan BPBD didapatkan data untuk saat ini sebanyak 23 orang,” ucap Rizal.

Dia menambahkan, proses pencarian dibagi 3 titik utama yakni Desa Radda, Kecamatan Baebunta, titik Meli, dan titik Sungai Masamba.

Dari kedua titik tersebut, kemudian dibagi masing–masing tiga tim. “Dalam pencarian ini kami terkendala dengan kedalaman lumpur yang mencapai 2 meter lebih, kendala kedua adalah aliran sungai sudah berpindah dari posisi sungai ke permukiman. Sementara laporan warga ada warga yang tertimbun di rumah rumah warga,” ujar Rizal.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara Muslim Muchtar mengatakan, terdapat 15.000 jiwa mengungsi akibat banjir bandang. “Sesuai laporan warga yang melapor ke posko BPBD terdapat 23 warga hilang, ini data sementara. Korban yang mengungsi akibat banjir ini sebanyak 15.000 jiwa yang tersebar di beberapa titik posko, rumah kerabat dan keluarga,” kata Muslim.(*/tribun-timur.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved