OPINI PAKAR
Awas, Positif Rate Corona Sulsel 3 Kali Lebih Besar dari Standar Nasional, Ini Alarm Darurat
Tingginya PR ini indikasi tingkat penularan covid-19 di masyarakat sumber penularannya sudah tidak jelas dan tidak mengkluster.
Semakin tinggi nilai ini semakin bagus alat ukur tersebut. Hingga kini PCR termasuk memiliki akurasi yang sangat baik untuk itu.
Itulah sebabnya semua pemeriksaan sampel atau specimen sekarang diharapkan menggunakan PCR.
Tentu disamping ke unggulannya, masih ada beberapa kelemahannya yaitu: relatif biaya pemeriksaan lebih mahal.
Bisa sampai 5 kali lipat dari pemeriksaan rapid test.
Waktu pemeriksaannya juga relatif lebih lama bisa 3-7 hari. Pengadaan mesin dan reagentnya juga tentu lebih mahal.
Kebalikan dari SENSIFITAS adalah SPECIFITAS.
Yang dimaksud adalah sebuah alat ukur yang mampu memisahkan yang sehat benar-benar sehat.
Seseorang yang tidak memiliki tanda dan gejala covid-19 (hasil rapid test nya tidak reaktif) dan hasil test swabnya (PCR) terkonfirmasi NEGATIF. maka sesungguhya yang bersangkutan benar-benar sedang tidak menderita Covid-19.
Semakin tinggi nilai specifitas sebuah alat ukur semakin banyak pula yang masuk dalam kategori sehat.
Sel berikutnya adalah tentang 'positif palsu'.
\Istilah ini diperuntukkan untuk menandai seseorang yang alat rapid testnya "REAKTIF", tetapi hasil test swab dengan PCR-nya terkonfirmasi negatif.
Dampak publik terhadap angka Positif Palsu adalah timbulnya kekhawatiran yang berlebihan pada kelompok yang reaktif sambil menunggu hasil lab PCR yang berkisar 5 hari.
Sementara Negatip Palsu itu menunjukkan tentang seseorang yang hasil rapid testnya tidak reaktif reaktif tetapi setelah di lakukan test swab PCR menunjukkan hasil positif.
Keadaan ini dapat berdampak pada perluasan penularan Covid-19.
Karena status Non Reaktif seseorang cenderung berperilaku tidak taat pada protokol kesehatan, karena merasa sehat.