Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Mengharap ‘Tuah’ Ekonomi Digital

IT is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change. Ungkapan Charles Darwin

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atau FEBI IAIN Palopo, Muhajir 

Pemerintah dan industri mengalihkan sebagian besar interaksi ekonomi dan bisnis ke dunia digital sebagai upaya memompa denyut nadi perekonomian. 

Dengan demikian keampuhan akan ‘tuah’, kekuatan, atau kemandragunaan ekonomi digital sebagai salah satu instrumen menormalkan kembali aktifitas ekonomi sangat diharapkan pemerintah dan industri. 

Bila kita merujuk pada literatur global yang dirilis beberapa lembaga dan korporasi bereputasi seperti McKinsey, Thomson Reuters, atau Statista, ekonomi digital di Indonesia sedang mengalami kemajuan, bahkan di proyeksi akan merajai market digital di asia tenggara. 

Namun, saya tidak akan menyeret pembahasan kita ke angka dan grafik dari lembaga dan korporasi kredibel tersebut.

Ada hal penting yang perlu kita telisik  bersama terkait ekonomi digital. Siapa pelaku ekonomi digital? Apa dampak yang dihasilkan? 

Dua pertanyaan dasar ini merupakan navigasi bagi kita untuk menghantarkan pengetahuan awal akan tuah atau kekuatan ekonomi digital dalam menjalankan perannya sebagai bagian dari penggerak ekonomi, terutama di era kenormalan baru ini.

Pelaku Ekonomi Digital

Ekonomi digital yang terdiri dari e-commerce dan financial teknologi (FinTech) bukan hal baru dalam aktifitas ekonomi dan bisnis di Indonesia.

Terkhusus e-commerce, jauh sebelum hadirnya Covid-19 geliatnya mengalami kemajuan. 

Pada tahun 2018, usaha e-commerce mampu menghasilkan 24,82 juta jumlah transaksi dengan nilai transaksi 17,21 triliun (sumber: BPS).

Sedangkan FinTech di tahun 2019 dari 164 jumlah perusahaan yang terdaftar mampu menyalurkan pinjaman Rp 81,50 triliun (sumber: OJK).

Dengan keadaan masyarakat yang semakin konsumtif di perkirakan akselerasi ekononomi digital akan semakin meningkat. 

Yang menarik, pertumbuhan transaksi e-commerce tidak berlaku simultan dengan partisipasi pelaku UMKM yang menggunakan startup atau e-commerce.

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, Pelaku UMKM digital hanya 13 persen sisanya 87 persen masih offline yang tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.

Dampak Dihasilkan

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Bangsa Unggul

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved