Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perjuangan Guru Daerah Khusus

Perjuangan Guru Daerah Khusus di Pulau Kei Besar, Maluku, Malam Hari Ngajar Anak Didik Tanpa Listrik

Selama pandemi Covid-19 ini, Pak Anano bersama rekan-rekan guru tetap melakukan pendampingan terhadap peserta didik meskipun kondisinya serba terbatas

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
dok Lesrianto Anano
Pak guru Lesrianto Anano saat melakukan kegiatan belajar-mengajar siswa SMP Negeri 2 Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Juni 2020 lalu. Meski hanya dengan lampu minyak atau lampu pelita tetap semangat belajar. 

Mungkin kita berpikir bahwa selama pendampingan di malam hari, guru dan peserta didik duduk di bawah sinar lampu listrik. Tapi tidak sama sekali.

Mereka duduk mengelilingi lampu ‘ublik’ –sejenis lampu minyak tanah yang dipakai warga sebagai alat penerang saat malam tiba.

KOndisi belajar siswa SMP Negeri 9 Watlar Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara
Kondisi belajar siswa SMP Negeri 2 Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara (dok Lesrianto Anano)

“Mereka tidak pernah mengeluh dan menyerah pada keadaan. Mereka tetap semangat belajar agar kelak dapat meraih cita-cita,” kata Pak Anano.

Beberapa keluarga, kata Pak Anano, memang sudah memiliki mesin genset, tapi tidak bisa dihidupkan setiap malamnya.

Hal itu mengingat biaya operasional yang tidak sedikit dan sulitnya mendatangkan bahan bakarnya.

Aturan Mendikbud Soal PPDB, Anak Guru di Makassar Prioritas Masuk di Sekolah Negeri

MOU Bareng Ombudsman, Disdik Makassar Optimis PPDB Digelar Profesional

Oleh karena itu, lampu ‘ublik’ menjadi salah satu alternatif utama sebagai penerang di malam hari.

SMP Negeri 2 Kei Besar berdiri pada tahun 1963. Meskipun demikian, sekolah ini belum memiliki sumber listrik sama sekali hingga kini.

Mungkin kita di kota besar sering mengeluh saat adanya pemadaman listrik, yang biasanya hanya berlangsung tidak lebih dari setengah jam.

Aktivitas siswi SMP Negeri 2 Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku (dok pribadi)
Aktivitas siswi SMP Negeri 2 Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku (dok pribadi) (dok pribadi)

Mungkin juga kita sering menggerutu saat jaringan internet kurang bersahabat. Mungkin kita sering mengumpat saat bepergian dengan kondisi jalan berbatu dan terjal.

Bagi penduduk Desa Watlaar, hal ini bukan kondisi luar biasa. Bahkan mungkin sudah sangat biasa mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Hingga sekarang mereka belum merasakan aliran listrik yang memadai untuk beraktifitas, terutama di malam hari.

Gegara Motor Seorang Anak Tega Laporkan Ibunya ke Aparat, Tahu Situasi, Begini yang Dilakukan Polisi

Gregetan Istri Tak Kunjung Hamil, 10 Tahun Menikah, Akhirnya Periksa ke Dokter, Ternyata Nikahi Pria

Belum lagi bisa menikmati jaringan internet untuk bersosialisasi di dunia maya dan juga belum berkendara di atas jalanan aspal yang mulus tanpa bebatuan penghalang.

Bagaimana guru dan peserta didik dapat mengenyam pembelajaran dalam jaringan atau Daring? Jaringan listrik saja tak ada, pun jaringan internet tiada.

“Jika ingin berselancar di dunia maya, penduduk setempat harus menempuh perjalanan selama 90 menit dengan menyewa ojek,” kata Pak Anano.

Guru Lesrianto Anano saat melakukan kegiatan belajar-mengajar siswa SMP Negeri 2 Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Juni 2020 lalu.
Guru Lesrianto Anano saat melakukan kegiatan belajar-mengajar siswa SMP Negeri 2 Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Juni 2020 lalu. (dok Lesrianto Anano)

“Ongkos ojek tidak tanggung-tanggung. Kami harus mengeluarkan uang Rp 150 hingga Rp 200 ribu. Berarti pergi dan pulangnya adalah Rp 300-400 ribu,” lanjutnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved