HANI 2020
Dr Ayu Kartini Parawansa: Serangan 'Virus' Narkoba Musuh Abadi Bangsa
DPD BERSAMA Sulsel, Dr Ir Ayu Kartini Parawansa MP menyebut serangan 'Virus' Narkoba Musuh Abadi Bangsa
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Organisasi Badan Kerjasama sosial usaha pembinaan warga tama ("Bersama") merayakan hari ulang tahun (HUT) ke 42 & Hari Anti Narkotika Internasional (HANI).
Ketua DPD BERSAMA Sulsel, Dr Ir Ayu Kartini Parawansa MP menyampaikan, kita harus mengenangnya sebagai hari yang penting.
"Mengapa? Karena pada saat peringatan HANI, kita harus menegakkan kembali tekad kita, untuk menyelamatkan bangsa kita dari serangan “virus” narkoba tersebut," katanya, Senin (29/6/2020).
Menurutnya, narkoba disebut juga sebagai silent killer, karena masyarakat tidak merasa dirinya akan terbunuh. Korban terjebak dalam ilusi zone nyaman.
"Itulah bedanya korban serangan virus korona dan serangan “virus” narkoba. Serangan virus korona menyebabkan korban memang sangat menderita, karena yang diserang adalah paru-paru," katanya.
Tetapi korban narkoba justru berada dalam zone nyaman, meski hanya dalam ilusi.
"Justru itulah, kita bisa mengatakan bahwa, serangan narkoba mungkin lebih berbahaya dari serangan korona. Korona mungkin akan segera habis, kalau tahun depan sudah ditemukan vaksinnya. Tapi serangan narkoba justru terus akan merupakan musuh abadi bangsa," katanya.
Ayu Parawansa menjelaskan Ketua DPP Bersama, Mayor Jenderal (Purn), Putra Astaman selalu mengingatkan kita agar pemerintah dan masyarakat mengembangkan konsep Kelola Sosial Bersekala Besar (KSBB).
"Dengan KSBB maka pengamanan masyarakat terhadap narkoba akan diharapkan semakin solid. Konsepp KSBB bukan menandingi usaha pemerintah yang kini sudah berjalan, dengan filsafat Supply Reduction (SR)," katanya.
Filsafat ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah melalui lembaga BNN dan strukturnya sampai di tingkat kabupaten/kota.
Konsep KSBB yang diinisiasi oleh BERSAMA, mengembangkan filsafat Demand Reduction (DR). BERSAMA, sesuai namanya, melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat, agar masyarakat tersadar akan bahaya narkoba.
"Kalau sudah tidak ada pembelinya, lalu narkoba mau dijual kemana?” demikian Jenderal (Pol) Putra Astaman berkali-kali mengatakan di depan publik.
Operasionalisasi KSBB dilaksanakan dengan mengembangkan tiga komunitas. Pak Putra Astaman menyebutkan sebagai : (i). Komunitas Warga Tama (warga utama, warga yang menjadi teladan di masyarakat). Warga ini perlu dibina, dan akhirnya diharapkan dapat mengedukasi masyarakat agar tidak tertarik pada narkoba. (ii). Komunitas Warga Karya (warga yang pernah terlibat dalam narkoba, dan bertekad untuk tidak lagi kembali pada narkoba). Warga ini perlu dibina agar tidak kambuh lagi niatnya pada narkoba. (iii).
Komunitas Warga Adat (warga atau komunitas anti madat, yang telah pernah disentuh oleh pembinaan anti narkoba dan bertekad untuk tidak menyentuh narkoba seumur hidup).
Warga ini perlu dibina, agar terus terjamin, bahwa komunitas itu tidak tersentuh narkoba. Karena sekali tersentuh narkoba, maka mereka akan ketagihan.