Tribun Bantaeng
Analisis Penyebab Banjir Bandang di Bantaeng dan Solusinya Versi Balang Institute
Sehari pasca banjir, Balang Institute langsung melakukan kajian mengenai penyebab banjir dan solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi potensi
Penulis: Achmad Nasution | Editor: Sudirman
TRIBUNBANTAENG.COM, BANTAENG - Banjir melanda Kabupaten Bantaeng pada Jumat, 12 Juni 2020.
Akibatnya ribuan rumah rusak parah dan beberapa rumah rata dengan tanah.
Sehari pasca banjir, Balang Institute langsung melakukan kajian mengenai penyebab banjir dan solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi potensi banjir.
Balang Institute merupakan organisasi non pemerintahan yang bergerak dalam isu lingkungan, yang betempat di Kabupaten Bantaeng.
Ketua Balang Institute, Adam Kurniawan menjelaskan, penyebabnya adalah akibat dari meluapnya delapan sungai di hilir.
"Hujan yang berlangsung sejak pagi hingga malam pada Jumat, 12 Juni 2020 menyebabkan delapan sungai di hilir meluap," kata Adam, kepada TribunBantaeng.com, Minggu, (21/6/2020).
Kemudian, banyaknya titik saluran air yang tersumbat akibat penumpukan sampah. Sehingga terjadi luapan air hingga memasuki pemukiman warga.
Selain itu, kata Adam, konstruksi saluran air yang sudah tidak kuat lagi tak mampu lagi menahan kerasnya tekanan air dan tingginya debit air.
Dan jebolnya sebagian tanggul Cekdam Balang Sikuyu memperparah banjir pada sejumlah titik.
"Penyebabnya, tersumbat titik saluran air akibat penumpukan sampah, konstruksi saluran air dan bobolnya tanggul penahan air Cekdam Balang Sikuyu," jelasnya.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Balang Institute, wilayah yang terendam banjir seluas 197 ha.
Wilayah terendam banjir tersebar di Kelurahan Pallantikang, Tappanjeng, Malilingi, Bonto Rita, Bonto sunggu, Bonto Atu, Bonto Lebang & Desa Bonto Jai.
Lebih lanjut Adam menjelaskan kondisi wilayah Kabupaten Bantaeng di dominasi bentuk wilayah bergunung (mountainous).
Dengan kelerengan yang lebih besar dari 40 derajat mencapai sekitar 70 persen dari luas wilayah.
Jarak horizontal dari ketinggian 2.500 Mdpl ke permukaan laut hanya 20 km. Curah hujan di daerah hulu tergolong tinggi, bulan kering hanya berlangsung 3 bulan.