OPINI
Covid-19, Antara Madu dan Racun
Ditulis Amir Muhiddin, Dosen Fisip Unismuh Makassar dan Penggiat Forum Dosen Majelis Tribun Timur
Madu dan Racun
Kembali ke Covid-19 bahwa media sosial akhirnya menggandeng dua muatan yang ujung-ujungnya berisi madu dan racun.
Dalam tulisan di Kompas (20/4), Prof Dwi mengemukakan bahwa pemerintah dan masyarakat kita saat ini bukan hanya melawan bahaya covid 19, akan tetapi juga melawan turunannya yang disebut laskar sosial aliansi corona.
Siapa mereka? Disebut oleh beliau virus–infodemic dan hiper- realitas covid 19.
Yang pertama dipicu oleh mis-informasi tentang covid 19 dan kedua dipicu oleh mis-opini yang objektif dan subjektif terhadap covid 19.
• Warga Bantaeng Butuh Bantuan Bersihkan Rumah Akibat Banjir, Hubungi Tim Bersih-Bersih, Gratis!
Virus–infodemic menurut beliau simtomnya bisa berakibat pada saling tidak percaya antara masyarakat dan pemerintah dalam menangani covid-19 dan pada masyarakat itu sendiri akan berkibat pada tingkat kecemasan masyarakat semakin tinggi disertai ketakutan kolektif semakinn meluas.
Virus–infodemic menurut Prof. Dwi, memang sulit dilawan. Apalagi kita berada di era post-trith society, era dimana kebenaran tak lagi jelas posisinya bahkan kadang-kadang sangat nisbi.
Melalui informasi yang beredar bisa kebenaran menjadi kebohongan dan sebaliknya kebohongan menjadi kebenaran.
Informasi mudah membangkitkan emosi masyarakat dan acapkali mengabaikan fakta dan data serta mendramatir realitas.
Lawan berikutnya menurut Prof Dwi adalah Hiper-realitas covid 19 merujuk pada perspektif tentang hyper relaity dari Berger dan Luckman (1967), ini biasa diartikan sebagai imajinasi super ideal yang dituntut dari pemerintah dalam penanganan covid 19.
Idenya berbaur antara opini objektif dan subjektif, yang berbahaya jika dilandasi dengan benturan berbagai kepentingan politik dengan tujuan menciptakan instabilitas kekuatan politik pemerintah.
Hiper Hiper-realitas bisa menggiring terbentuknya persepsi masyarakat bahwa akan terjadi instabilitas sosial ekonomi, politik, akibat kegagalan menangani covid 19.
Hal ini bisa menjadi sumber kecemasan dan ketakutan yang lebih meluas dan mendorong masyarakat melakukan hal-hal yang irasional, belanja panik atau meningkatkan social untrast bagi pekerja atau buruh dan kelompok masyarakat miskin karena memikirkan nasibnya.
• KataNone di Tribun Hadirkan Penjahit Terdampak Covid-19
Kita berharap semua agar masyarakat lebih bijak menggunakan media sosial agar fungsinya selalu ke jalan yang benar.
Bukan jalan-jalan setan yang selalu membawa informasi yang tidak benar.
Mari kita budayakan membaca dan mencari sumber informasi yang terpercaya, membiasakan diri melakukan check and recheck.
Serta menjadikan media sosial sebagai pembawa berkah karena mengandung madu. Bukan racun. Semoga!