Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson Abdul Karim

Corona Awalnya Musuh Nyata, Kini Jadi Musuh Dalam Selimut

New Normal bisa pula didefenisikan sebagai sikap kemunafikan pada keadaan.

Editor: Jumadi Mappanganro
Tribun Timur - Jumadi Mappanganro
Abdul Karim 

Agar virus tak merasuki tubuh, selenggarakanlah hidup dengan new normal.

Rajinlah cuci tangan dengan sabun. Pakailah sarung tangan. Kenakanlah masker saat ke luar rumah.

Lalu jaga jarak aman minimal satu meter. Hindari kerumunan.

Pemkot Makassar menambahkannya: rajin olah raga dan mengonsumsi herbal kearifan lokal.

Solusi demikian ditempuh lantaran kehidupan harus tetap bergeliat walau tak berdaulat ditengah pandemi.

Kehidupan tak boleh berhenti hanya gara-gara virus jahanam itu. Inilah keinginan kuat yang sebenarnya kadang membuat kita tak kuat.

Tetapi rasanya, pendekatan new normal terlalu kuat rasa ekonominya dibanding nuansa kesehatannya.

Ke pasar tak dilarang. Boleh saja. Tetapi jaga jarak Anda dengan pedagang dan sesama pengunjung.

Tentu terasa aneh. Sebab jaga jarak semeter dengan orang-orang di pasar adalah kemustahilan.

Sebab berdempetan, bersenggolan dan berhimpitan sejak lama telah menjadi ciri utama sebuah pasar.

Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dari BMKG, Kamis 18 Juni 2020: Hujan Lebat dan Angin Kencang

Di sini, new normal terasa kontras dengan normal itu sendiri.

Dengan itu, new normal adalah sebuah kontradiksi. Lihatlah di masjid, jamaah diminta berjarak.

Padahal, pengkhutbah bilang, syaitan terselip di antara shaf yang longgar.

Di atas mobil kita tak boleh berdekatan. Sebab bersentuhan berarti penularan.

Kemana saja mesti memakai masker. Masker kini menjadi kebutuhan primer.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved