OPINI
Covid-19: New Normal Life, Pilihan Tepat Tapi Berat
Dalam pelaksanaannya tidak ada upaya paksa, sehingga penegakan hukum tidak bisa optimal. Sementara di sisi lain, penularan Covid-19 terus bertambah.
Belakangan, pemerintah kelihatannya kurang nyaman lagi dengan strategi PSBB. Terutama karena ada kecenderungan strategi ini akan melumpuhkan perekonomian.
Masalah sosial baru seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kemiskinan, diproyeksi akan menjadi tantangan baru. Beratnya sama atau bahkan lebih dibanding pandemi Covid-19.
Bahkan ada kekhawatiran, bakal terjadi resesi ekonomi jika masalah ini berkepanjangan. Ngeri!
Berdasar pada kekhawatiran tersebut, maka alternatif strategi baru pun mulai dilirik. Kelihatannya akan jatuh pada strategi New Normal, atau lengkapnya New Normal Life.
Tatanan kehidupan normal yang baru. Alternatif ini pun mulai ramai dibahas di kalangan pemerintah dan masyarakat. Mulai dari Presiden hingga RT/RW.
Juga di kalangan masyarakat. Sekalipun konsep pelaksanaannya masih dalam proses perampungan. Masyarakat sudah rindu hidup normal. Sekalipun new normal.
Jika orientasinya menyeimbangkan upaya kesehatan dan ekonomi, maka strategi New Normal ini mungkin lebih tepat. Perekonomian dijalankan secara normal, tetapi dalam kerangka protokol kesehatan.
Konsep ini juga sangat bijaksana. Di dalamnya memuat kesadaran baru, untuk tidak lagi membenturkan kepentingan ekonomi dengan kesehatan (versus), karena sesungguhnya memang kepentingan ekonomi sama dengan kepentingan kesehatan.
• Nurdin Abdullah Paparkan Strategi Penanganan Covid-19 ke Ketua Gugus Tugas Pusat
Keduanya merupakan variabel menentu terhadap keselamatan dan kesejahteraan rakyat, sehingga idealnya keduanya harus dijalankan secara beriringan. Bukan dibenturkan satu sama lain.
Namun demikian, pilihan strategi ini sesungguhnya ‘berat’. Pertama, Badan Kesehatan Dunia, WHO telah menetapkan enam syarat bagi suatu negara atau daerah untuk bisa melaksanakan program new normal.
Harus ada bukti valid yang menunjukkan bahwa transmisi Covid-19 sudah dapat dikendalikan. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit juga harus tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.
Selain itu, risiko virus corona harus diminimalkan dalam kerentanan tinggi, terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.
Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja juga harus diterapkan dengan jarak fisik (physical distancing), menyiapkan fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
Kemudian, risiko kasus impor dapat dikelola. Terakhir, masyarakat memiliki suara, dan dilibatkan dalam program kehidupan new normal.
Dengan demikian, program new normal tidak bisa serta merta diterapkan. Atau suatu wilayah atau daerah langsung ditunjuk sebagai percontohan (pilot project). Tetapi idealnya dimulai dengan pengkajian atau survei yang objektif.