Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Takalar

Dirut RSUD Takalar: Dokter Diagnosis Covid Bukan Tanpa Dasar

Arus informasi itu dinilai berdampak membangun frame masyarakat di tengah pandemi Virus Corona.

Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sudirman
Ist
Direktur RSUD H Pandjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar dr Asriadi Ali. 

TRIBUN-TIMUR.COM, TAKALAR -- Direktur RSUD H Pandjonga Daeng Ngalle Takalar, dr Asriadi Ali menanggapi fenomena ulasan Covid-19 yang banyak berseliweran di media sosial.

Arus informasi itu dinilai berdampak membangun frame masyarakat di tengah pandemi Virus Corona.

dr spesialis saraf ini menjelaskan, seorang dokter mendiagnosis penyakit memiliki tahapan.

Mulai dari tahapan anamnesis atau wawancara dokter pasien, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.

"Jadi diagnosis dokter terhadap satu penyakit itu berdasarkan ilmu dengan pertimbangan klinis," katanya kepada Tribun, Minggu (7/6/2020).

"Bukan karena pertimbangan suku, ras, agama, apalagi materi," tambahnya.

Ia menuturkan, seorang dokter disumpah dalam menjalankan peran kemanusiaan.

Tugas dokter didasarkan pada Evidence Base Medicine (EBM) dan Value Base Medicine (VBM).

"Yakni pendekatan medic berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah untuk pelayanan kesehatan penderita," beber Ketua KNPI Takalar itu.

Ia melanjutkan, praktik EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik seorang dokter dengan bukti-bukti ilmiah terkini.

Bukti-bukti ilmiah itu paling dapat dipercaya, memadukan antara Best research evidence dan Clinical expertise.

Identifikasi evidence yang lebih baru yang mungkin bisa berbeda dengan apa yang telah diputuskan sebelumnya.

Juga, lanjutnya, untuk menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan betul-betul memberi manfaat yang lebih besar dari resikonya (“do more good than harm”).

dr Adi menyampaikan, opini dan diagnosis oleh dokter terkait Covid-19 harus sesuai kaidah ilmiah.

Nada patokan ilmiahnya berdasarkan clinical pathway dan standar prosedur operasional (SPO) yang jelas.

Alumnus Universitas Udayana Bali ini mengajak masyarakat kaum terpelajar hadir mencerahkan dengan ilmu pengetahuan, bukan karena testimoni semata.

Masyarakat yang terdidik dinilai harus mampu menyaring informasi yang benar maupun hoaks.

dr Adi juga mengajak para tenaga kesehatan memberikan informasi yang memiliki kaidah ilmiah, yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Maka beropinilah sesuai dengan keahlian bidang yang dikuasi. Lihatlah pakarnya, karena gagasan dan opini saat ini cenderung mengarah pada hilangnya kepakaran bukan berdasar ilmu," ujar dr Adi.

Ia menyayangkan sikap sejumlah masyarakat mulai lebih pintar dari dokter (tenaga ahli) dengan menulis opini berbadasar pada testimoni.

Pria kelahiran Pari'risi 16 Juli 1985 ini menyadari, tenaga medis memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis.

Akan tetapi, katanya, siapa yang harus dipercayai jika tenaga medis yang banyak mempelajari dianggap mediagnosis tidak benar.

Apalagi hanya karena prosedur penanganan covid yang ditetapkan dianggap merugikan keluarga penderita.

"Lagi-lagi tenaga medis bukan mendiagnosis tanpa dasar tapi berdasarkan pertimbangan Evidence dan Value bukan berdasarkan tendensi pertimbangan yang lain," terangnya. (TribunTakalar.com)

Laporan Kontributor Tribun Takalar @bungari95

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp

Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved