Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sejarah Garuda Menjadi Lambang Negara dan Makna Lima Simbolnya

Garuda Pancasila juga dijadikan sebagai lambang negara Republik Indonesia, di mana di dada burung Garuda terdapat perisai dengan lima sila Pancasila

Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Anita Kusuma Wardana
bbc
Sultan Hamid II, perancang Garuda Pancasila 

TRIBUNTIMURWIKI.COM - 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila disebut sebagai ideologi negara.

Artinya, nilai-nilai yang ada di setiap sila Pancasila dijadikan pedoman dasar dalam keberlangsungan hidup bernegara.

Garuda Pancasila juga dijadikan sebagai lambang negara Republik Indonesia, di mana di dada burung Garuda terdapat perisai dengan lima lambang sila Pancasila.

Tetapi mungkin hanya ada sedikit saja yang pernah memikirkan riwayat kejadian Lambang Negara ini.

Kapan tepatnya diciptakan? Siapa penciptanya? Kenapa yang dipilih justru lambang ini, bukan yang lain?

Cikal bakal Garuda

Mengutip dari TribunJabar.id di dalam Ruang Patriot Yayasan Idayu dalam Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta, terlihat sebuah lemari kaca yang memamerkan beberapa rencana gambar dan sketsa lambang Garuda dan lambang lain yang agaknya menjadi cikal bakal dari lambang negara kita yang sekarang.

Gambar-gambar ini termasuk dalam koleksi peninggalan almarhum Prof. Muhammad Yamin.

Adanya koleksi pada peninggalan Yamin ini tidak mengherankan, karena sesudah terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS) Muh. Yamin diangkat menjadi Ketua Panitia Lencana Negara, dengan anggota antara Iain Sultan Hamid II yang waktu itu masih menjabat menteri negara dalam kabinet RIS.

Di antara rancangan-rancangan itu ada meterai negara RIS berbentuk bundar tanpa Garuda.

Rencana itu diberi nania Matahari-Bulan atau Syams.yiah-r, Kamariah (Arab) atau Surya-Candra (Sansekerta).

Di tengah digambarkan matahari terbit dengan lima sinarnya, yang melambangkan sumber kodrat Allah, yang menurunkan kebahagiaan kepada tanah air dan bangsa Indonesia. Ialah pemerintah yang berdasarkan Pancasila.

Bulan sabit yang menyerupai tanduk banteng lambang perjuangan rakyat Indonesia. Tujuh garis di air adalah tujuh kepulauan Indonesia. Dua pohon kelapa berarti kemakmuran Indonesia di darat dan di laut.

Setia kepada kebiasaan kuno, gambar ini menghasilkan candrasangkala (khronogram) yang berbunyi "Matahari dilingkari kelapa dan bumi atau bulan menunjukkan tahun 1881 Saka atau 1949 Masehi."

Rancangan lain yang mirip dengan ini mempunyai lingkaran luar dengan tulisan Republik Indonesia Serikat dengan gambar kepala banteng en profile (dari samping), di atasnya matahari terbit bersinar tujuh dan pohon kelapa di tengah-tengahnya.

Rancangan Iain yang terlihat dalam koleksi ini menokohkan figur Garuda dan sudah agak mirip-mirip dengan lambang negara kita.

Di dalam lingkaran sebelah atas tertulis dengan huruf latin Republik Indonesia Serikat, Burung Garuda berdiri atas sebuah bantalan bunga teratai (padma).

Kepala Garuda ini digambarkan menurut contoh-contoh klasik dari candi atau pahatan lain, yakni kepala burung dengan rambut ikal.

Tangan Garuda memegang perisai yang terbagi menjadi empat bidang. Di tengah perisai ada garis melintang yang menggambarkan khatulistiwa.

Pada perisai terlihat gambar Banteng (lambang kekuatan, keberanian, keuletan), yang kedua (menurut arah jarum jam) pohon beringin (kekuatan hidup), tiga batang padi lambang kemakmuran dan akhirnya keris, lambang keadilan.

Rancangan yang mirip dengan gambar di halaman 6 kiri atas juga berbentuk bundar dengan Garuda di atas bantalan teratai. Hanya perisai itu tak nampak jelas bahwa dipegang oleh Garuda, sebab hanya kelihatan jari kedua tangannya, sedikit menyembul di atas perisai.

Garuda memakai makota, kalung, dan anting-anting, sayapnya mengarah ke bawah. Di tengah perisai terbagi empat atau masih ada tambahan suatu perisai kecil bergambar banteng.

Gambar di dalam perisai adalah batang padi, pohon beringin, batang padi, dan keris. Tulisan dengan huruf Arab-Melayu berbunyi “Republik Indonesia Serikat”.

Lebih jauh dalam koleksi ini, terdapat sebuah foto menarik yang merupakan reproduksi dari suatu lukisan berwarna rancangan lambang negara.

Rancangan ini mirip sekali dengan lambang negara kita yang sekarang, sehingga boleh dikatakan merupakan nenek moyangnya yang langsung.

Perbedaan terlihat pada bentuk kepala Garuda yang masih dipengaruhi oleh konsep klasik, berjambul dan bulu kepalanya memperlihatkan ikal-ikal kecil.

Tubuh bagian atasnya masih berbentuk tubuh manusia, terutama bahu dan lengannya yang memegang perisai. Hanya bulu ekornya berjumlah tujuh, bukan delapan seperti sekarang.

Jumlah bulu besar pada masing-masing sayapnya sudah berjumlah 17. Garuda ini mencengkeram pita yang bertuliskan seloka Bhinneka Tunggal Ika.

Tujuh bulu ekor

Mungkin sekali rancangan ini merupakan yang terakhir hasil kerja Panitia Lencana Negara sebelum diajukan ke Presiden.

Dalam catatan di dalam koleksi Yamin rancangan ini telah dipersiapkan di istana Gambir dalam rapat Panitya Lambang Negara bersama PYM Presiden dan YM Sultan Hamid pada tanggal 8 Pebruari 1950.

Bulu ekor yang berjumlah tujuh itu ada pula penjelasannnya dalam nota Yamin itu: "Angka 7 menyatakan kesempurnaan tata negara, seperti semenjak beribu-ribu tahun telah lazim pada peradaban Indonesia.

Misalnya Saptarajppa (Ramayana); Saptaraja (Sundayana), Saptaprabhu (Majapahit), Krdengpitu (Makasar), Raja nan tigo selo basa ampek balai (Minangkabau).

Tidak ada keterangan lebih lanjut dalam naskah-naskah itu kapan tepatnya lambang negara itu mengalami perubahan-perubahan terakhir dan siapa yang menentukan diterimanya bentuk finalnya.

Pada sidang perdana Dewan Perwakilan Rakyat RIS tanggal 20, Februari 1950 Lambang Negara yang sudah sama bentuknya dengan yang sekarang terpampang di atas panggung.

Jadi pada waktu , itu Garuda Pancasila kita telah memperoleh bentuknya yang final.

Penetapannya sebagai Lambang Negara yang resmi dituangkan dalam peraturan Pemerintah no. 66 tahun 1951 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951, tetapi masa berlakunya mulai dari tanggal 17 Agustus 1950.

Jadi siapa sebenarnya pencipta Lambang Negara kita sampai sekarang tidak diketahui. Memang ada suatu Panitia Lencana Negara, tetapi nama-nama anggotanya tidak kita ketahui.

Yang disebut-sebut hanyalah Mr. Muh. Yamin dan Sultan Hamid II. Juga berapa banyak saham almarhum Presiden Soekarno tidak diketahui (Swd)

Hal ini juga seperti yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1980.

Berikut makna lambang pancasila tersebut dikutip Tribuntimurwiki.com dari Kompas.com:

1. Bintang

Lambang Bintang emas dengan perisai berlatar belakang warna hitam dijadikan sebagai sila pertama dalam Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada bintang berwarna kuning bersudut lima. Bintang di artikan sebagai sebuah cahaya seperti Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bintang emas mengandung maksud bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius.

Di mana bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

Contoh yang kegiatan yang bisa diterapkan sesuai sesuai sila pertama, yakni:

1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Hormat menghormati

3. Hidup rukun

4. Bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda

5. Tidak memaksa suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain

2. Rantai

Lambang rantai berwarna kuning berlatar belakang warna merah dijadikan sebagai dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradap.

Pada lambang rantai disusun atas gelang-gelang kecil dengan jumlah 17 gelang dan saling menyambung.

Di mana itu menandakan hubungan manusia satu dengan yang lain dan saling membantu.

Gelang yang berbentuk persegi menggambarkan pria, sementara gelang yang berbentuk lingkaran menggambarkan wanita.

Contoh sila kedua Pancasila yang bisa diterapkan di lingkungan masyarakat, yakni:

1. Sikap saling mencintai sesama manusia

2. Tenggang rasa

3. Gemar menolong orang lain

4. Tidak membeda-membedakan

5. Berbicara kepada orang lain dengan sopan santun

3. Pohon Beringin

Pohon beringin melambangkan sebagai tempat berteduh dan berlindung.

Pada Pancasila, pohon beringin dijadikan sebagai dasar sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.

Di mana mencerminkan kesatuan dan kesatuan Indonesia. Pohon beringin merupakan sebuah pohon di Indonesia yang memiliki akar tunjang.

Sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah.

Pohon beringin memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya.

Contoh sila ketiga Pancasila dalam lingkungan masyarakat, yakni:

1. Rela berkorban

2. Cinta tanah air

3. Mencintai produk lokal

4. Bergaul dengan teman tanpa membeda suku, ras, dan adat istiadat Ikut menjaga keamanan lingkungan.

5. Ikut menjaga keamanan lingkungan.

4. Kepala Banteng

Lambang kepala banteng dijadikan sebagai dasar pada sila ke empat Pancasila berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Banteng merupakan binatang yang suka berkumpul.

Sama seperti manusia dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara musyawarah. Salah satunya dengan berkumpul dan diskusi.

Contoh sila keempat Pancasila dalam lingkungan Masyarakat, yakni:

1. Mengutamakan keputusan yang diambil secara musyawarah

2. Tidak memaksa kehendak orang lain

3. Melaksanakan musyawarah mufakat

4. Menghormati dan menjunjung tinggi hasil musyawarah.

5. Padi dan Kapas

Padi dan kapas dimaknai sebagai salah satu kebutuhan rakyat Indonesia tanpa melihat status dan kedudukannya.

Padi dan kapas mencerminkan pangan dan sandang. Ini menandakan tidak adanya kesenjangan antara satu dengan yang lain.

Pada Pancasila, padi dan kapas dijadikan sebagai dasar kelima berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Contoh sila kelima Pancasila dalam lingkungan masyarakat, yakni:

1. Sikap adil kepada sesama

2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

3. Menghormati hak-hak orang lain Ikut serta dalam kegiatan gotong royong.

4. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong.

(*)

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved