OPINI
Ziarah Virtual di Masa Pandemi Covid-19
Bagi orang-orang beragama, ‘ziarah’ merupakan satu praktik yang sangat krusial, karena terkait dengan makna moralitas si penganut.
Seperti ke kuil, rumah suci, makam para Nabi, wali, dan lain-lain untuk berkirim doa.
Ziarah oleh orang Makassar disebutnya ‘siarah’ dan orang berziarah disebut ‘as-siarah’ yang sebetulnya memiliki substansi sama dengan makna ziarah pada umumnya.
Yang berbeda hanya pada segi pengucapan saja. Orang Makassar menganggap as-siarah juga berarti satu aktivitas kunjungan atau saling mengunjungi satu sama lain.
Tradisi "As-siarah" ini merupakan suatu tradisi yang turun temurun. Yang biasa dilakukan sebelum Ramadhan, sementara Ramadhan maupun pasca lebaran.
"As-siarah" memiliki dua macam bentuk, yakni mengunjungi dalam arti yang fisikal dan mengunjungi dalam bentuk yang non fisikal.
Yang arti fisik adalah saling mengunjungi satu sama lain secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan nonfisik adalah yang bermakna filosofis yakni saling mengunjungi secara batiniyah dari yang sesama hidup, maupun dari yang hidup ke yang telah meninggal.
Lalu, bagaimana dunia bisa berziarah di musim Covid-19? Cara seperti apa menempuh ziarah?
Covid-19 adalah satu virus yang masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat dunia hingga sekarang, agar tidak semakin tersebar luas, maka perlu dicermati secara serius.
Sebab Covid-19 bukan sekedar berita hoax. Virus ini bisa mengganggu kestabilan manusia secara individu maupun secara sosial.
Covid dapat membahayakan kesehatan fisik maupun psikis, yang bisa berujung pada kematian.
Maka Covid-19, tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di beberapa rumah sakit pusat penanganan Covid di Indonesia, para dokter, perawat maupun tim medis telah mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan penderita Covid, bahkan tidak jarang nyawanya jadi taruhan.
Mereka bahkan tidak bisa merayakan lebaran sama sekali, walau kumpul bersama keluarganyapun diidamkannya.
Di beberapa negara belahan lainnya juga mengalami nasib serupa, manusia sangat terbatasi ruang geraknya akibat Covid-19 dan susah saling mengunjungi dengan keluarganya dalam skala besar.
• Dongkeyman Covid-19 dan Protokol New Normal Life
Di Somalia misalnya, sekitar 2,6 juta masyarakat tidak tahu cara merayakan Idul Fitri seperti apa, akibat inflasi negaranya membuat mereka terluntah-luntah dalam kemiskinan yang parah.